“Kiai Noer Muhammad ini orang desa, belajarnya di desa dan kepada guru-guru desa. Kemudian beliau pergi ke kota untuk berdakwah dan ini sangat jarang sekali. Kebanyakannya adalah orang-orang kota yang datang ke desa lalu menyebarkan budayanya. Kiai Noer sangat berbeda, beliau sukses dalam berdakwah bahkan mampu membangun sebelas cabang Ashhidiqiyah” tutur Kiai Bisri dalam ceramah singkatnya saat menghadiri acara haul Abah Noer yang ke-4 di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, Kamis, (31/10).
Adapun alasan Kiai Bisri menyebut jika amaliyah di desa lebih dekat dengan gaya hidup Rasulullah Saw adalah karena menurutnya banyak kebiasaan masyarakat desa yang meniru pola hidup Nabi Muhammad Saw, seperti suka menerima dan memuliakan tamu (ikram ad-duyuf). Tidak hanya itu, orang-orang desa juga mencintai kebersamaan yang terlihat dari adat mereka ketika ada orang yang mendirikan rumah atau meninggal dunia.
“Kebiasaan masyarakat desa sangat mirip dengan Rasulullah Saw seperti dalam menyambut tamu, membangun rumah atau ketika ada yang meninggal. Coba kita lihat di desa-desa, jika ada yang meninggal mereka langsung beranjak ke rumah tersebut untuk melayat”, tuturnya.
Menurut Gus Mus sapaan akrabnya, di kota, Kiai Noer tidak hanya menyebarkan ilmu tapi juga budaya. Budaya-budaya yang ada di desa dibawa ke kota. Akhirnya, di kota-kota mulai terlihat budaya orang-orang desa seperti eratnya kekeluargaan yang terlihat di dalam acara haul dan sebagainya.
Haul Abah Noer yang ke-4 kali ini dihadiri oleh KH. Anwar Askandar, KH. Kafabihi Mahrus, Habib Zain bin Hasan Bahrun, KH. Hasan Zamzami Mahrus, KH. Noer Shadiq Askandar dan dimeriahkan oleh Gus Yusuf al-Lampungi, Gus Azmi Askandar, Gus Aif Askadar, Gus Reyhan Iskandar, Habib Umar al-Atthas dan tamu undangan lainnya. Ratusan jemaah yang ikut serta dalam acara tersebut terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan ini hingga akhir acara. (Robiah)
0 komentar :
Posting Komentar