“Kita merayakan seseuatu berarti mengingat
pengorbanan-pengorbanan yang telah lalu. Batik menjadi simbol kekuatan bangsa,
simbol cinta dan karakter dan jati diri bangsa. Karya seni ini dibuat agar menjadi
satu identitas bangsa Indonesia. Selain itu, pengorbanan para pahlawan dalam
menjaga bangsa Indonesia dan pengorbanan guru yang berjuang untuk mencerdaskan
bangsa menjadi sesuatu yang penting untuk selalu kita ingat, ungap khadimul ma’had,
KH. Ahmad Mahrus Iskandar saat memimpin upacara peringatan Hari Batik, Pahlawan
dan Hari Guru, Selasa, (26/11).
Dalam kesempatan tersebut, Gus Mahrus menceritakan
bagaimana pengorbanan yang dilakukan Hisyam bin Abdul Malik saat berguru pada
salah satu sahabat Nabi yaitu Anas bin Malik. Agar bisa berguru kepada Anas bin
malik, orang tua Hisyam rela menjual rumah mereka. Pengorbanan itu tentu tidak
mudah, namun, demi anak tercintanya mereka rela melakukan hal ini.
Singkat cerita, akhirnya Anas menerima Hisyam sebagai
muridnya setelah melalui lima belas cambukan sebab Anas tidak mau menerimanya
karena usianya yang masih belia. Melihat kegigihan anak tersebut, Anas pun meminta
maaf padanya dan menanyakan kepada Hisyam terkait ilmu apa yang ingin ia pelajari.
Akhirnya, Hisyam meminta agar dalam setiap cambukan, Anas mengajarkan padanya
satu buah hadis.
Alasan kedua karena adanya mahabbah (cinta). Imam Syazdzili
menjelaskan, jika gurunya al-Imam al-Masyisy berkata, “bizikri ni’mah yuurist al-mahabbah, wa bi
wujud al-mahababah wujudil ‘ilmi, wa wujud al-‘ilmi bi wujud al-‘alim”, artinya,
“Semakin kita tahu nikmat itu maka akan semakin besar cinta di dalamnya.
Semakin besar cinta dalam diri maka akan semakin besar ilmu yang ingin kita
cari. Semakin besar ilmu yang ingin kita cari maka akan semakin besar
pengorbanan mencari jati diri dengan mencari guru sejati.”
“Guru menjadi pahlawan dan pahlawan adalah guru kita.
Dari pahlawan kita belajar arti cinta dan pengorbanan. Mereka berkorban demi
bangsa dan negara, ilmu dan agama. Jika ingin suatu saat dikenang, jika ingin mendapatkan
manfaat hingga kubur maka lakukan sesuatu dengan pengorbanan dan rasa cinta hingga
kelak akan dikenang sepanjang masa,” pungkasnya.
Acara ini dihadiri oleh semua dewan guru dan santri
Ashiddiqiyah Jakarta. Setelah upacara, acara ini dilanjutkan dengan penampilan-penampilan
santri yang mencakup: musikalisasi puisi, paduan suara, tarian tradisional,
persembahan lagu dan drama kolosal bertajuk Sultan Mataram Agung dan fashion
show batik dari santri. (Robiah)
0 komentar :
Posting Komentar