AMC- Perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi Muhammad Saw menjadi salah satu bukti
cinta kepada Rasul Saw. Di Pesantren Asshiddiqiyah sendiri, kegiatan ini
rutin dilaksanakan setiap tahun. Tujuannya agar kita selalu mengingat dan
memuliakan bulan kelahiran Rasul ini. Bagi sebagian kalangan, perayaan ini
dianggap bid’ah karena tidak pernah dilakukan di masa Rasulullah Saw. Padahal,
tidak semua perkara yang baru itu dilarang, selama ia tidak melanggar atau
bertentangan dengan syariat Islam.
“Apa yang kalian lihat di depan ini adalah sebagai bentuk cinta kita kepada
Rasulullah Saw. Mungkin sebagian orang menganggap ini sebagai sesuatu yang
berlebihan, bid’ah, tidak ada dalilnya dan tidak masuk akal. Akan tetapi, jika
sudah menyatakan alasan karena cinta maka tidak ada yang perlu dipertanyakan.
Selama cinta itu dilandaskan kepada Allah dan Rasul dan menambah semangat kita
maka itu diperbolehkan,” ungkap Khadimul Ma’had, KH. Ahmad Mahrus Iskandar
dalam acara, Majelis Zikir, Ta’lim dan Shalawat di lapangan utama
Assshiddiqiyah, Sabtu, (14/09).
Melanjutkan sambutannya, Gus Mahrus menjelaskan jika cinta Nabi tidak
dibatasi oleh umur, waktu, tempat dan siapa yang menyampaikan. Cinta Nabi tidak
dibatasi oleh orang-orang berpendidikan tinggi atau mereka yang punya segalanya,
akan tetapi cinta Nabi akan selalu ada bagi umat Nabi muhammad saw. Cinta Nabi
berhubungan dengan apakah kita mau mendekat kepadanya atau tidak. Cinta Nabi
akan selalu ada selama kita merindukan dan menumbuhkan rasa cinta dan ingin
selalu mengenalnya.
Acara ini dibuka dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an, ratib al-haddad yang
dipimpin oleh Ustadz Endang Badarrahman, penampilan shalawat oleh tim hadrah
Asshiddiqiyah dan pembacaan maulid simtuddurar yang dipimpin oleh Gus Mahrus.
Turut hadir dalam acara ini Husein Basyaiban, Azmi Alfi Syahr, Tatas
Bagustiandi dan Ustadz Solmed.
0 komentar :
Posting Komentar