Seminar Bedah Buku "Membangun Building Islamic Habit" bersama Muyassarah Zuhri

AMC - Habit atau kebiasaan sangat mempengaruhi produktivitas seseorang. Jika kebiasaan yang dilakukan bersifat positif maka hasil yang didapat pun akan positif, begitu juga sebaliknya. Sehingga adanya anggapan jika sibuk menjadi tolak ukur produktivitas tidak bisa dibenarkan secara mutlak.

“Orang sibuk belum tentu produktif. Kita harus melihat jenis kesibukan yang dilakukan. Jika kesibukan yang dilakukan buruk, maka bisa dikatakan orang tersebut bukan orang yang produktif, seperti scrooling Tik Tok misalnya,” tutur Muyassarah Zuhri dalam acara Soft Launching Buku Building Islamic Habit, pada Jum’at, (23/08).

Dalam kesempatan tersebut Muyassarah, penulis buku Building Islamic Habit menjelaskan, jika penulisan buku tersebut dilatar belakangi adanya keresahan yang ia rasakan saat melihat kebiasaan buruk anak-anak muda di zaman sekarang, seperti kecanduan gadget pada hal-hal yang tidak baik. Padahal anak-anak muda seharusnya mempunyai cita-cita yang tinggi yang harus ia realisasikan.

“Kita harus melihat kebiasaan para ulama. Menulis, membaca dan mengkaji ilmu-ilmu agama adalah habit para ulama. Jika dulu para ulama tidak menuliskan karya-karyanya maka bagaimana kita bisa mengkaji karya tersebut di masa sekarang,” jelas alumnus STIKK (Sekolah Tinggi Ilmu Kitab Kuning), Pesantren an-Nur 3 Malang itu.

Salah satu habit paling penting adalah konsisten. Kebiasaan ini tidak akan mampu diperoleh tanpa adanya usaha yang lebih dan jangka waktu yang lama. Islamic habit berbeda dengan habit. Islamic habit merupakan kebiasaan yang disandarkan pada nilai-nilai yang dilandaskan pada agama Islam. Tujuannya adalah untuk mengharapkan rida Allah dan mendapat balasan surga. Sedangkan habit merupakan kebiasaan secara umum, yang nilainya tidak disandarkan pada Islam.

“Adapun cara membangun Islamic habit adalah dengan menata kembali ibadah shalat. Di lingkungan pesantren, ibadah shalat lima waktu dan berjamaah adalah hal biasa karena memang telah menjadi rutinitas, berbeda ketika kita sudah keluar dari Pesantren,” imbuhnya.

Acara launching buku ini merupakan bagian dari semarak Harlah Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta ke-39. Kegiatan ini diikuti oleh para santri dan Mahasantri Sa’iidusshiddiqiyah Jakarta. Salah satu habit yang diadakan di Asshiddiqiyah dalam rangka semarak harlah juga adalah lomba (Musabaqah Hifzil Qur”an (MHQ).  Lomba ini diikuti oleh anak-anak SD mulai dari kelas 1-6.

Adapun pemenang lomba ini setelah melalui proses penjurian adalah sebagai berikut:

Kategori kelas 1-3:

-       Juara 1 : Alfiya Farida

-       Juara 2 : Adzkiya Mutiara Alifa

-       Juara 3 : Dzikra Hanna

-       Juara Harapan 1 : Ibrahim Al Bani Sofyan

-       Juara Harapan 2 : Nafisa Shahana Putrawan

-       Juara Harapan 3 : Ibrahim Pasha Araya

Kategori kelas 4-6:

Juara 1 : Muhammad Gazka Sakhi

Juara 2 : Ali Ikram Najmuddin

Juara 3 : Azura Neoma Qinthara

Juara Harapan 1 : Kanaya Putri Ramadhani

Juara Harapan 2 : Lulu Zelda Aisyah

Juara Harapan 3 : Syifara Bella

(Robiah)

 

Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :