Menggapai Keberkahan dan Kemuliaan Hari Arafah Melalui Perayaan Tasyabbuh bil Arafah


AMC - Para ulama sepakat, wukuf di Arafah adalah rukun haji yang paling agung. Hal tersebut berdasarkan hadits yang diceritakan Abdurrahman bin Ya'mur.

الحجُّ عرفةُ , فمن اَدْرَكَ لَيْلَةَ عرفةَ قبلَ طُلُوْعِ الفَجْرِ من ليلةِ جُمَعٍ فَقَدْ تَمَّ حَجُّـهُ

Artinya: "Haji adalah (wukuf di) Arafah. Siapa yang datang (di Arafah) pada hari Nahar malam sebelum fajar terbit, dia terhitung melakukan wukuf." (HR Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah).

Wukuf di Arafah merupakan rukun haji mutlak, yang menentukan sah tidaknya ibadah haji bagi seseorang. Sehingga, wukuf menjadi rukun yang harus dijalankan bagaimana pun kondisi jamaah haji.

Sudah menjadi rutinitas, dalam rangka menyambut hari raya Iduladha 1445 H, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta merayakan Tasyabbuh bil Arafah dengan dzikir dan doa bersama pada Ahad (16/06).

Bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah, biasanya para jamaah haji memperbanyak dzikir dan do'a saat wukuf di Arafah. Do'a di hari tersebut diyakini sangat mustajab. Oleh karena itu, selain dianjurkan memperbanyak dzikir dan do'a, maka dengan merayakan Tasyabbuh bil Arafah. Harapannya agar kita diberi kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.

"Dengan merayakan Tasyabbuh bil Arafah, semoga kita semua diberi kesempatan untuk pergi haji ke Baitullah," ungkap KH.Ahmad Mahrus Iskandar. 

Doa dan dzikir yang dibaca adalah sebagai berikut:

لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ 41

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ 41 

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ41

Sebenarnya, tujuan adanya tasyabbuh bil Arafah adalah untuk memberikan kesempatan kepada umat Islam yang tidak sedang menunaikan ibadah haji untuk merasakan sebagian dari keberkahan dan kemuliaan hari Arafah. Adapun beberapa tujuan utama dari tasyabbuh bil Arafah, diantaranya:

  1. Mendapatkan Keutamaan Hari Arafah. Hari Arafah merupakan salah satu hari yang paling mulia dalam Islam. Tasyabbuh bil Arafah memungkinkan umat Islam untuk tetap mendapatkan keutamaan dan pahala yang besar meskipun tidak sedang menunaikan haji.
  2. Penghapusan Dosa. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan adalah berpuasa pada hari Arafah. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa puasa hari Arafah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Hal ini memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk mendapatkan ampunan Allah SWT.
  3. Meningkatkan Ketakwaan. Melalui amalan-amalan seperti berdoa, berdzikir, dan membaca Al-Quran, umat Islam dapat meningkatkan ketakwaan mereka. Ini adalah waktu yang sangat baik untuk merenung, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
  4. Merasa Terhubung dengan Jamaah Haji. Tasyabbuh bil Arafah memberikan rasa solidaritas dan keterhubungan dengan umat Islam yang sedang menunaikan haji. Meskipun tidak berada di tanah suci, umat Islam di seluruh dunia bisa merasakan kemuliaan hari tersebut.
  5. Meneladani Rasulullah SAW. Rasulullah SAW memberikan contoh dan anjuran untuk beramal sholeh pada hari-hari yang mulia, termasuk hari Arafah. Dengan melakukan Tasyabbuh bil Arafah, umat Islam mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan meneladani beliau dalam beribadah.
  6. Mencari Rahmat dan Keberkahan. Hari Arafah adalah saat di mana rahmat Allah SWT turun dengan berlimpah. Tasyabbuh bil Arafah memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk memohon rahmat, berkah, dan ampunan dari Allah SWT.

Melalui Tasyabbuh bil Arafah, umat Islam di seluruh dunia dapat turut merasakan dan mengambil manfaat dari keutamaan hari Arafah, meskipun mereka tidak berada di tanah suci.

Salain marayakan Tasyabbuh bil Arafah dalam menyambut Idul Adha, santri Asshiddiqiyah juga diwajibkan untuk melakukan puasa sunnah Tarwiyah dan Arafah. Setelah pembacaan dzikir dan doa selesai, para santri menunggu Maghrib dan melakukan buka bersama. (Winda)

 


Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :