رَجَب شَهْرُ الزَّرْعِ وَشَعْبَان شَهْرُ السَّقْيِ وَرَمَضَان شَهْرُ الْحَصَادِ
“Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyiram, sedangkan Ramadhan adalah bulan menuai.”
وَكُلٌّ يَحْصُدُ مَازَرَعَ فَمَنْ ضَيَّعَ الزِّرَاعَةَ نَدِمَ يَوْمَ الْحَصَادِ
’’Setiap orang akan menuai atas apa yang ia tanam. Barangsiapa yang tidak merawat tanamannya, ia akan menyesal saat musim panen.’’
Bulan
Rajab adalah bulan untuk menanam segala kebaikan, baik kebaikan diri sendiri
ataupun kebaikan kepada orang lain. Jangan sampai yang kita tanam adalah sebuah
keburukan. Karena seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa apa yang akan
kita tanam, itulah akan kita tuai. Apabila yang kita lakukan di bulan ini
sebuah kebaikan, maka kita akan menuai kebaikan dua kali lipat. Namun
sebaliknya, jika apa yang kita tanam adalah sebuah kemaksiatan/keburukan, maka
azab allah sungguh sangatlah pedih.
Terlepas
dari itu, perlu kita ketahui bahwasannya di hari Jum’at terakhir bulan Rajab
ini ternyata ada sebuah amalan yang mana jika diamalkan memiliki keutamaan agar
di sepanjang tahun uang di tangan tidak habis untuk memenuhi segala kebutuhan.
Hal
ini juga disampaikan KH. Ahmad Mahrus Iskandar pada acara rutinan Majelis
Dzikir dan Sholawat di pondok pesantren Asshiddiqiyah Jakarta hari Sabtu lalu
(03/02), “Alhamdulillah
kita sudah mulai memasuki 23 rajab, sebentar lagi akan memasuki 27 rajab di
mana menjadi peristiwa isra dan mi’raj. Dan spesialnya bulan rajab ini, ada doa
khusus yang nanti pada akhir jum’ah minggu depan bisa kita amalkan
bersama-sama.”
Gus
Mahrus mengatakan amalan doa ini dikutip dari kitab Kanzun Najah karya Syekh
Hamid bin Muhammad Ali Quds, bahwa Syekh Ahmad Al-Juhairi mengijazahkan sebuah
amalan yang dibaca pada Jum’at terakhir bulan Rajab, yaitu:
اللهْ رَسُوْلُ مُحَمَّدٌ
اللهْ رَسُوْلُ أَحْمَدُ
“Ahmad utusan Allah, Muhammad utusan Allah.”
“Barang
siapa yang membaca ini (Ahmad
Rasulullah, Muhammad Rasulullah) fadilahnya sangat besar. Maka allah tidak akan
menguranginya walaupun satu dirham. Allah cukupinya dalam satu tahun,” kata Gus Mahrus sebelum memulai
ngaji kitab Bidayatul Hidayah sebagai agenda rutinan.
Untuk
tata cara pengamalannya ada dua cara. Yang pertama, menurut Al-Habib Ali bin
Hasan Baharun menulis dari keterangan gurunya bahwa amalan ini dibaca saat
khatib menyampaikan khutbah kedua sebanyak 35 kali.
Sedangkan
dari keterangan Wakil Rais syuriah NU Jawa Tengah KH achmad Chalwani Nawawi
bahwa amalan ini dibaca saat khatib duduk di antara sua khutbah. Hal ini
dikarenakan di antara waktu mustajab pada hari Jum’at yaitu waktu di antara dua
khutbah.
Akan
tetapi, di amalkan dengan tata cara dan di waktu manapun, jika diniatkan hanya
karena Allah Swt, insyaallah akan berdampak kebaikan untuk kita.
Sumber: banten.nu.or.id
0 komentar :
Posting Komentar