Dalam sebuah riwayat
dijelaskan bahwasanya Sya’ban adalah bulan Nabi Muhammad Saw., karena pada
bulan tersebut beliau mensunahkan dirinya untuk puasa. Bahkan dalam penjelasan
lain, Rasulullah Saw. tidak pernah dalam satu bulan melaksanakan ibadah puasa
sunah lebih banyak dibandingkan dengan bulan Sya’ban.
Sya’ban juga termasuk dalam
kategori bulan yang mulia dan memiliki keberkahan yang agung. Bahwa pada bulan
tersebut, Allah Swt. mengagungkannya dengan berbagai fenomena-fenomena besar.
Sehingga semua umat manusia secara umum dan kaum muslimin secara khusus dapat
mengambil hikmah dan pembelajaran di dalamnya.
Lantas, apa sajakah
fenomena-fenomena besar yang terjadi pada bulan Sya’ban yang menyebabkan bulan
tersebut memiliki berbagai macam keutamaan? Berikut penjelasannya:
1. Sya’ban adalah Bulan
Dipindahkannya Kiblat Dari Baitul Maqdis Ke Ka’bah
Pada masa Nabi Muhammad Saw.
menjadi rasul, Allah Swt. pernah memerintahkan Nabi-Nya dan umat Islam untuk
shalat menghadap ke Baitul Maqdis. Dengan perintah tersebut, Rasulullah Saw.
shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama kurang lebih satu tahun lima bulan.
Sayyid Muhammad Alawi rahimahullah
mengatakan bahwa bulan Sya’ban merupakan waktu dipindahkannya kiblat dari
Baitul Maqdis (Palestina) ke Ka’bah. Ketika itu, nabi Muhammad Saw. menunggu peristiwa
perpindahan tersebut dengan penuh pengharapan. Setiap hari beliau senantiasa menengadahkan
pandangan ke langit mengharapkan turunnya wahyu dari Allah Swt.
Sehingga pada akhirnya Allah
Swt. menurunkan suatu ayat yang memerintahkan Nabi Muhammad Saw. untuk shalat
menghadap ke Ka’bah kembali,
قَدْ
نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً
تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا
كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَه ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا
الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ
بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ ١٤٤
Artinya:
“Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit.
Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu,
hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Di mana pun kamu sekalian berada,
hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab41)
benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidilharam) itu adalah
kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka
kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 144)
2. Sya’ban adalah Waktu
Pengangkatan Catatan Amal Ibadah
Imam An-Nasa’i meriwayatkan
dari Usamah bin Zaid ra. bahwasanya ia bertanya kepada nabi Muhammad Saw., “Wahai
Rasulullah, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa di bulan yang lain
sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban, mengapa?” Rasulullah Saw.
menjawab, “Pada bulan Sya’ban, sebagian umat manusia melalaikannya di antara
bulan Rajab dan Ramadhan. Padahal pada bulan tersebut, catatan amal ibadah
manusia diangkat kepada Allah Swt. dan aku senang ketika amal ibadahku
diangkat, sedangkan aku dalam keadaan berpuasa.”
)HR. An-Nasa’I no. 2357)
Sebetulnya, amal perbuatan manusia ini diangkat
(dilaporkan) kepada Allah Swt. ada yang sifatnya harian, ada pula yang mingguan
dan ada juga yang tahunan. Pengangkatan mingguan, terjadi pada hari Senin dan
Kamis )HR. Tirmidzi no. 747). Kemudian,
pengangkatan tahunan terjadi pada malam Lailatul Qadar dan malam Nisfu Sya’ban.
3. Sya’ban adalah Waktu Penetapan Takdir Makhluk
Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah ra. bahwasanya ia
bertanya kepada nabi Muhammad Saw. perihal puasanya pada bulan Sya’ban yang menyeluruh.
عن
عائشة رضي الله عنها أن النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - كان يصومُ شعبانَ كله
قالت: قلت: يا رسول الله! أَحبُّ الشهور إليك أن تصومه شعبانُ؟ قال إن الله يكتبُ
فيه على كل نفسٍ مَيْتَةَ تلك السنة، فأحب أن يأتيني أَجلي وأنا صائم رواه أبو
يعلى، وهو غريب، وإسناده حسن
Artinya: Dari Aisyah ra. bahwasanya nabi Muhammad
Saw. berpuasa pada bulan Sya’ban keseluruhannya, Aisyah berkata, “Wahai
Rasulullah, apakah bulan Sya’ban merupakan bulan yang engkau suka untuk
melaksanakan puasa?” Rasulullah Saw. menjawab, “Sesungguhnya Allah Swt.
menetapkan pada bulan Sya’ban ajal setiap makhluk yang hendak meninggal dunia
tahun itu. Maka aku senang, ketika ajalku ditetapkan, sedangkan aku berpuasa.”
(HR. Abu Ya’la no. 4911)
4. Sya’ban adalah Bulan Bersholawat kepada Nabi
Muhammad Saw.
Al-Qastalani rahimahullah menukil sebuah
pendapat dalam kitab Al-Mawahib al-Laduniyah, bahwasanya sebagian ulama
berpendapat, kalau bulan Sya’ban merupakan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
sebab ayat anjuran shalawat kepada Nabi Saw. turun pada bulan tersebut. Ayat
itu tercantum dalam surah Al-Ahzab ayat 56.
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَه يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ٥٦
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya
berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
Demikian juga Syekh Ahmad Al-Hijazi dalam kitab Tuhfah
al-Ikhwan menukil pendapat dari Ibnu Abi Shaif al-Yamani, bahwasanya ayat
anjuran shalawat diturunkan pada bulan Sya’ban.
5. Sya’ban adalah Bulan Al-Qur’an
Ibnu Rajab dalam kitabnya, Lathaif al-Ma’arif
menjelaskan bahwasanya, pada bulan Sya’ban itu seperti awal bulan Ramadhan,
disyar’atkan pada bulan Sya’ban sebagaimana halnya disyari’atkan puasa dan
membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadhan sebagai bentuk persiapan, melatih diri
dengan aktivitas tersebut untuk ta’at kepada Allah dalam rangka untuk menyambut
bulan suci Ramadhan.
عن أنس قال :كان المسلمون إذا دخل شعبان انكبوا على المصاحف فقرؤها وأخرجوا
زكاة أموالهم تقوية للضعيف والمسكين على صيام رمضان
Artinya: Dari Anas, ia mengatakan, “Kaum Muslimin
apabila memasuki bulan Sya’ban, mereka menyibukkan diri dengan membaca
Al-Qur’an dan mengeluarkan zakat harta sebagai bantuan untuk kaum dhu’afa dan
miskin untuk menyambut puasa Ramadhan” (Ibnu Rajab dalam kitab Lathaif
al-Ma’arif fii maa limusasim al-‘Am min al-Wazhaif, hal. 135)
Demikianlah
fenomena-fenomena yang terjadi pada bulan Sya’ban. Sebenarnya masih banyak lagi
fenomena istimewa yang terjadi di bulan agung tersebut. Wallahua’lam.
Kontributor: Muhaimin Yasin
0 komentar :
Posting Komentar