AMC - Syekh Dr. Amjad
Rasyid, guru besar Fikih dan Ushul Fikih dari Yordania menjadi pembicara pada
Daurah Ilmiah di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Selasa malam
(19/12). Daurah yang dihadiri oleh mahasantri Ma’had Aly
Sa’iidusshiddiqiyah dan segenap asatidz itu bertajuk “Umat Islam dan Urgensi
Wawasan Perbedaan Pendapat”.
Pada mulanya, Syekh Amjad Rasyid mengatakan bahwa kita, manusia diciptakan Allah dengan perbedaan dalam berbagai hal, entah itu bahasa, watak, pemikiran maupun keinginan. Begitu pula di tengah masyarakat kita, akan tercermin perbedaan yang terjadi, entah dari segi akhlak, karakter maupun ketaaatan. Namun, menurut Syekh Amjad Rasyid perbedaan yang sangat terlihat sekali di tengah lingkungan sosial tentunya adalah perbedaan terkait agama, dimana ada sebagian yang beriman ada sebagian lain yang tidak.
Dalam menghadapi berbagai perbedaan yang terjadi, Syekh Amjad Rasyid memberikan nasihat bagaimana sebaiknya seorang muslim meresponnya. Terlebih jika perbedaan tersebut terjadi di tengah komunitas muslim. Beliau bernasihat, bahwa kesepakatan diantara keduanya itu lebih utama.
Diumpamakan, ada dua kelompok dengan masing-masing di dalamnya dua orang yang berbeda pendapat. Kelompok pertama, kedua orang di dalamnya berbeda pendapat kemudian berselisih, sedangkan dua orang dalam kelompok lainnya berbeda pendapat namun kemudian bersepakat. Yang utama diantara dua kelompok tersebut ialah kelompok yang kedua.
Karena ketika dua orang saling berselisih, maka keduanya hanya akan disibukkan dengan saling mengedapankan pendapatnya masing-masing. Menurut Syekh Amjad Rasyid, disela-sela inilah syetan akan mudah masuk dan mencoba membesar-besarkan perbedaan tersebut. Akibatnya, waktu keduanya akan terbuang percuma dan tidak akan menemukan keselarasan. Kemudian hal-hal penting dalam agama menjadi terabaikan. Sedangkan ketika keduanya bersepakat, maka keduanya akan saling mencari jalan keluar dan terbangunlah hubungan yang harmonis.
Itulah sebabnya, Rasulullah SAW melarang umatnya untuk saling berselisih karena hanya akan menuai kesombongan di dalam permasalahan agama dan permasalahan lainnya. Kita hendaknya bersikap seperti kelompok yang kedua tadi, yakni tidak berlarut-larut berselisih. Karena, dengan saling bersepakat akan terpancar energi positif, membuahkan rasa tawadhu diantara keduanya dan kemanfaatan yang tidak hanya bermanfaat bagi keduanya tapi juga bagi sekitarnya.
Syekh Amjad Rasyid memberikan misal, perbedaan agama, seperti Islam dengan agama lain, adalah perbedaan akidah dan perbedaan ini tidak dapat ditolerir. Namun, dalam kondisi seperti ini, meskipun tidak ada kesamaan dalam keyakinan, akan tetapi masih bisa menyelaraskan dalam hal-hal sosial. Walau bagaimanapun, perbedaan itu adalah suatu keniscayaan dan pasti akan selalu terjadi. Akan tetapi Allah SWT telah mengatur bagaimana kita seharusnya menyikapi perbedaan tersebut. Begitu pula dicontohkan oleh Rasulullah SAW, bahwa beliau berta’amul (berinteraksi) dengan mereka yang berbeda akidah. Hal ini juga diikuti oleh keluarga Rasulullah SAW.
Sikap Rasulullah SAW ini
tercermin dari kisah ketika salah seorang tokoh munafik, Abdullah bin Ubay bin
Salul meninggal dunia, putranya memohon kepada Rasulullah SAW untuk mengkafani
jenazah ayahnya, dan Rasulullah menyetujuinya meskipun Abdullah bin Ubay bin
Salul ini berbeda akidah bahkan seorang munafik. Inilah beberapa nasihat yang
Syekh Amjad Rasyid sampaikan pada kesempatan malam hari itu. (May)
0 komentar :
Posting Komentar