“Saya kenal kelebihan-kelebihan dari KH. Noer Iskandar. Beliau sangat
meletakan penghormatan kepada dzuriyyah Rasul, sangat menghormati para habaib
walaupun masih muda, walaupun tidak mempunyai ilmu,” tutur Habib Abu Bakar pada
malam puncak Haul KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. pada Sabtu malam (11/11)
melalui sebuah video.
Selain itu, bukti kecintaan KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. terhadap
para habaib juga tercermin dari hobi beliau yang sangat senang menziarahi para
masyayikh sepuh seperti Al Habib Umar bin Muhammad bin Hud Al Attas. Di Jawa
Timur juga Kyai Noer sering menziarahi Al-Habib Wali Shaleh bin Muhsin
Al-Hamid.
Bahkan diceritakan oleh Mufti besar Jaziratul Muluk itu bahwa ketika
KH. Noer Muhammad datang ke Jakarta bersama rombongan para kyai dari Jombang
untuk menziarahi Sayid Walid Al-Habib bin Ali bin Husain Al Attas, beberapa
orang termasuk Kyai Noer, Al Habib Syekh bin Ali bin Jufri, dan Syekh Habib
Alwi bin Hud Al Attas mendapat isyarat dari Sayid Walid untuk tinggal dan
menetap berjuang di Jakarta. Dan luar biasanya, petunjuk yang diberikan oleh Syekh
Walid Habib Ali menjadi bukti kesuksesan KH. Noer Muhammad Iskandar di Ibukota.
Menurut pandangan Habib Abu Bakar, KH. Noer Muhammad Iskandar
merupakan sosok yang sangat mudah bergaul dengan siapapun. Sangat mampu untuk
cepat menyesuaikan kondisi dan keadaan. Sosok yang sangat ramah terhadap orang lain.
Bahkan beliau selalu tersenyum kepada siapapun dan tidak pernah menunjukkan
adanya kesombongan kepada orang lain.
“Dari situ terlihat bahwa selain keberhasilannya hubungan baik
dengan para sesepuh dan shalihin dan memiliki husnuzan yang sangat tinggi.
Juga beliau termasuk kyai yang sangat cepat bergaul dan mengenal orang, sangat
menyesuaikan kondisi dan keadaannya,” sambung Habib Abu Bakar.
Sifat-sifat istimewa ini sudah mampu menunjukkan keberhasilan dari
sosok KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. yang kita lihat sekarang ini. Di mana salah
satu modal utama dari keberhasilan itu adalah tawadu’. Kyai yang tawadu’,
husnuzan, dan cinta kepada para habaib. Bahkan bukan hanya kepada ulama dan
habaib, tapi juga kepada para pejabat. Tanpa mengharapkan apapun terhadap apa
yang beliau lakukan. Dari sinilah KH. Noer Muhammad mampu memperjuangkan dan
mendirikan hingga 12 pesantren di seluruh Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, Habib Abu Bakar juga menyinggung terkait
asal usul Haul yang sering dipertanyakan masyarakat, terutama warga Nahdliyin. Habib
Abu Bakar mengungkapkan bahwa haul pertama kali dilaksanakan di Indonesia
adalah haulnya Al Habib Muhammad bin Thahir Al Hadad yang dilaksanakan oleh Al
Habib Muhammad Al Idrus Al Habsyi pada tanggal 15 Sya’ban 1886 M di Tegal.
Sedangkan, haul pertama kali umat Islam dijalankan oleh para
sahabat dan tabi’in yang pada saat itu memiliki kebiasaan menziarahi makam Imam
Husain bin Ali bin Abi Thalib setiap tahunnya. Dari kisah itulah setiap tahun
wafatnya Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib selalu diperingati dan diziarahi
oleh para tabi’in, di antaranya Zaid bin Arqam dan Sa’id bin Musayyab. Yang mana pada saat itu
kebiasaan ini bernama Arba’in.
Habib Abu Bakar juga sepakat bahwa haul merupakan kegiatan yang
baik dan kaya akan manfaat. Dari manfaat itu di antaranya adalah ukhuwah,
tersambungnya tali silaturahmi antar umat Islam di dalam ijma’. Selain itu, di
antaran banyaknya jamaah yang hadir dalam haul tersebut, pasti ada doa yang
diterima oleh Allah SWT. Haul juga memberikan banyak sekali pelajaran dan ibrah
dari sirah kehidupan dan perjuangan para ulama yang bisa dijadikan motivasi
hidup di dunia.
“Dan mudah-mudahan haul ini semakin hari semakin banyak kaum muda
yang mau hadir di dalam haul-haulnya para auliya dan ulama. Kita akan
mendapatkan suatu pelajaran yang sangat besar. dari mulai sirah, kehidupan,
perjuangan para ulama,” harap Habib Abu Bakar di akhir pidatonya. (Wnda)
0 komentar :
Posting Komentar