KH. Noer Muhammad Iskandar sebagai alumnus Perguruan Tinggi Ilmu
Al-Qur’an (PTIQ) Ciputat memberikan dampak yang besar bagi banyak orang,
terutama para juniornya di PTIQ. Salah satunya Dr. H. Jazilul Fawaid Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI).
Sebagai Adik kelas Abah Kyai Noer, salah satu anggota DPR RI itu
mengaku bangga dan sangat kagum terhadap perjuangan Abah Kyai. Di mana pesantren
di zaman modern seperti ini begitu besar tantangannya, ditambah lagi Abah Kyai
Noer mengembangkan pesantren di tengah hiruk pikuk ibukota. Namun, Abah Noer
mampu membuktikan kesuksesan dan keberhasilannya hingga mampu mengembangkan 12
pesantren.
Dan yang menambah kekagumannya, dengan peran Abah Kyai Noer sebagai
seorang kyai dan pengasuh pesantren yang pasti kesibukannya sudah tidak bisa
dipertanyakan lagi. Akan tetapi, hebatnya beliau tidak sama sekali meninggalkan
kewajibannya untuk membina masyarakat, sosial, bahkan politik sekalipun.
Bahkan, sebagai seorang kyai dan alumnus PTIQ dulu, Kyai Noer merupakan orang
pertama di PTIQ yang menjadi anggota DPR RI.
“Beliau kyai tapi juga politikus. Beliau kyai tapi juga ilmuan. Beliau
kyai tapi juga pengasuh sosial. Beliau kyai tapi menggerakkan teknologi. Kalau
bahasa Ali Syari’ati namanya rausyan fikr. Beliau bertanggung jawab pada
pengembangan agama, tapi bertanggung jawab juga pada pengembangan masyarakat,”
sambung alumnus PTIQ Ciputat itu.
Dilansir dari media NU Online bahwa yang dimaksud rausyan fikr
menurut Ali Syari’ati yang paling tepat adalah kaum
intelektual dalam arti yang sebenarnya. Kaum intelektual bukan sarjana, yang
hanya menunjukkan kelompok orang yang sudah melewati pendidikan tinggi dan
memperoleh gelar sarjana. Mereka juga bukan sekadar ilmuwan, yang mendalami dan
mengembangkan ilmu dengan penalaran dan penelitian. Mereka adalah
kelompok orang yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap
aspirasi mereka, merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang,
menawarkan strategi dan alternatif pemecahan masalah. (Ali Syariati, Ideologi
Kaum Intelektual, 1993:14-15).
Di akhir penyampaian testimoninya, H. Jazilul Fawaid
mengajak semua jamaah yang berkesempatan hadir dalam acara haul H. Noer
Muhammad Iskandar, SQ. untuk bersama-sama meneguhkan dan meneruskan perjuangan
Abah Kyai Noer. Bersama-sama meneladani dan mencontoh sosok seperti Abah Kyai
Noer. Hal ini dikarenakan menurut beliau, sosok pejuang selevel Abah
Kyai Noer dalam sisi agama, keberanian, kepeduliannya terhadap masyarakat
hampir belum terdapat di Jakarta hari ini. Sehingga junior
Abah Kyai Noer itu berharap di kemudian hari akan hadir sosok yang menjelma seperti
Abah Kyai Noer yang mampu mewarnai ibukota dan yang bisa memberikan motivasi
kepada jam’iyyah Nahdlatul Ulama khususnya.
“KH. Noer Muhammad adalah idola perjuangan santri. Maka, di haul
yang ke-3 ini mari kita hidupkan kembali semangatnya, kita hidupkan kembali
perjuangannya. Utamanya berjuang di ibukota ini yang tentu tidak mudah,”
serunya.
Politikus Indonesia itu juga tidak lupa mendoakan Ibu Nyai dan keluarga
besar Abah Kyai Noer agar selalu diberikan kekuatan untuk terus melanjutkan
visi perjuangan Abah Kyai. Mampu untuk terus mengembangkan pesantren,
mengembangkan masyarakat, mengembangkan keluarga, dan mengembankan Nahdlatul
Ulama. Amiin.
Pewarta: Winda Khoerun N.
0 komentar :
Posting Komentar