Pembahasan
ini bermula ketika Ustaz Saeful Munadi menceritakan terkait pertanyaan Nabi
Daud As kepada Allah SWT perihal nikmat yang terkecil dan yang paling besar. Di
mana Nabi Daud As bertanya kepada Allah SWT, “Ya Allah, nikmat apa yang kecil
yang engkau berikan kepada manusia? Kemudian Allah menjawab, “Wahai Daud, nikmat
yang kecil yang aku berikan kepada manusia adalah keluarnya nafas dari
makhlukku yang bernyawa.”
Setelah
mendapat jawaban itu, Nabi Daud As bertanya kembali kepada Allah SWT, “Wahai
Allah … nikmat apa yang paling besar yang engkau berikan kepada semua makhluk
di alam ini? Lalu dengan tegas Allah menjawab, ” nikmat terbesar di alam raya
ini yang aku ciptakan dan aku berikan adalah kuciptakannya Baginda Rasulullah
Saw.”
“Beliau
Rasulullah Saw adalah manusia paling hebat sejagad raya, manusia paling hebat
sealam raya, manusia yang sudah diciptakan oleh Allah SWT sebelum Allah
menciptakan Nabi Adam As, manusia yang akan memberikan syafaat kelak nanti di
yaumil qiyamah. Hanya Nabi Muhammad Saw yang mempunyai derajat yang mulia yaitu
‘al wasilah’ beliau sang pemberi syafaat,” lantang Ustaz Saeful di
hadapan para santri.
Abbas
bin Abdul Mutholib (paman Rasulullah Saw) ketika Rasulullah Saw dilahirkan ke
bumi ini. Pancaran sinar cahaya yang begitu amat terang benderang terpancar
menyinari seluruh penjuru kota Makkah Al-Mukarramah. Sampai-sampai Abbas membuat
sebuah syair indah untuk memuji keindahan beliau Rasulullah Saw.
وَأَنْتَ
لَمَّا وُلِدْتَ أَشْرَقَتِ اْلأَرْضُ وَضَاءَتْ بِنُوْرِكَ الْأُفُقُ فَنَحْنُ
فِيْ ذَالِكَ الضِّيَاءِ وَفِي النُّوْرِ وَسُبُلٍ الرَّشَادِ نَخْتَرِقُ
“Ketika engkau dilahirkan, bumi menjadi
bersinar, cahaya dan cakrawala menjadi terang berkat cahayamu. Maka, kami
menerobos dalam sinar, cahaya dan jalan-jalan petunjuk itu.”
Selain itu, Abu Hurairah ketika ditanya oleh Rasulullah
Saw perihal kapan beliau akan menikah. Karena
pada saat itu Abu Hurairah sudah cukup mapan dan matang untuk menikah. Maka,
Abu Hurairah menjawab bahwa beliau juga pria normal yang pasti memiliki
keinginan untuk menikah. Akan tetapi, beliau sadar dan merasa bahwasanya tidak
ada kebahagiaan yang melebihi bahagianya bisa duduk bersanding dengan
Rasulullah Saw. Hal ini menandakan bahwa saking cintanya para sahabat terhadap
Rasulullah, hingga mereka tidak rela sedetik pun waktu mereka terlewati tanpa
Rasulullah Saw.
“Abu Hurairah menikah di atas umur 40 tahun setelah
wafatnya Rasulullah Saw. dan tidak ada seseorang yang merasakan sedihnya
kehilangan seperti sedihnya para sahabat ketika Rasulullah wafat. Seakan seluruh dunia pada saat itu diam dan berhenti
bergerak karena kehilangan sosok manusia makhluknya Allah SWT yang
paling dicinta oleh semua makhluknya Allah Swt. Masyaallah,” papar Ustaz Saeful
Munadi.
Di akhir tausiahnya, tidak lupa Ustaz Saeful juga memberikan
nasihat kepada para santri untuk terus bersyukur atas beribu nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita. Segala rasa susah payah sebagai santri merupakan
bentuk/cara para santri dalam usahanya membersihkan hati dalam rangka
mempersiapkan masa depan yang cemerlang.
“Karena itu syukuri dan nikmati kita belajar di pesantren Asshiddiqiyah. Apa yang saat
ini kita rasa, ada gelisah, ada galau, ada sedih, ada takut itu semua bagian
daripada kita membersihkan hati kita. Nanti di masa yang akan datang galau
tidak akan lagi bersama kita karena sudah kita bersihkan di pesantren
Asshiddiqiyah ini. Sedih tidak ada lagi di kehidupan kita, rasa takut menghadapi
kehidupan masa depan akan sirna karena
kita sudah ditempa di pondok pesantren Asshiddiqiyah ini. Insyaallah,” pungkas Ustaz Saeful Munadi. (Winda)
0 komentar :
Posting Komentar