“Siapa yang hubungan cintanya kepada kanjeng nabi semakin tinggi, maka kualitas imannya juga semakin tinggi. Siapa yang kualitas cintanya kepada ulama semakin tingi, berarti kualitas imannya semakin tinggi,” jelas Gus Ahmad.
Pembahasan ini bermula ketika Gus Ahmad mulai menjelaskan terkait salah satu keajaiban cinta adalah mengikuti orang yang mencintai kepada yang dicintai. Hal ini dianalogikan beliau dengan melihat fenomena para pecinta k-popers, pecinta anime, dan lain sebagainya yang sangat update terhadap sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang dicintainya.
“Atau sekarang mbak-mbak nih suka yang namanya jungkook, Taehyung, Jin, Jimin. Hanya gara-gara suka sama BTS sampai rela beli Mcd (McDonald’s) yang ada logo BTS-nya. Nah, itu gara-gara cinta, yakni mengikuti orang mencintai kepada yang dicintai,” paparnya.
“Sekarang coba bayangkan ketika perasaan cinta panjenengan semua ini diarahkan kepada para habaib, para ulama, para nabi. Semua perangai yang beliau uswahkan, semua perbuatan yang beliau ajarkan. Pasti akan diikuti karena kecintaannya kepada beliau-beliau ini. Ini yang menujukkan bahwa cinta bisa menunjukkan kualitas iman,” lanjut putra dari KH. Kafabihi Mahrus itu.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa yang namanya mahabbah/cinta itu tidak ada yang salah. Karena pada hakikatnya cinta itu tidak bisa dipaksakan. Hanya saja terkadang manusia yang masih salah dalam hal cara mengimplementasikannya yang melanggar syariah. Jadi, usahakan perasaan cinta ini bisa dialokasikan kepada sesuatu yang benar.
“Bagaimana kalau njenengan mengekspresikan cinta njenengan kepada para alim wal ulama, sehingga khidmat njenengan semua kepada alim ulama. Ulamanya masuk surga njenengan juga masuk surga dan ikut mulya,” imbuh Gus Ahmad.
Hal ini juga disetujui oleh Habib Ali Zaenal Abidin Al-Kaff yang juga menjadi narasumber pada acara tersebut. Di mana beliau mengatakan bahwa cinta itu bukan sesuatu yang bisa di-ikhtiyari (dipilih). Tapi sesuatu hal yang memang sudah dari sananya. Sehingga perasaan cinta kepada siapapun itu sesuatu yang lumrah dan tidak salah. Ini hanya tentang bagaimana cara kita mengimplementasikan perasaan cinta tersebut.
“Suka kepada seseorang enggak bisa ditahan. Karena memang dari sananya. Perasaan dalam hati lil ‘uyun. Manusia suka atau benci kepada seseorang itu dari sananya,” papar Habib Ali.
Terakhir, Habib Ali menyampaikan dengan adanya perbedaan itu mampu memunculkan sebuah mahabbah. Yang mana hal ini pula yang dilakukan Rasulullah Saw terhadap penduduk Madinah, yakni proses ta’lif (menyatukan hati). Di mana Rasulullah Saw ketika hijrah ke Madinah, hal yang pertama kali dilakukan adalah menyatukan hati kaum Muhajirin dan Anshar. Sehingga muncullah di dalam hati keduanya perasaan cinta.
0 komentar :
Posting Komentar