AMC -Beasiswa menjadi sesuatu hal yang sangat ditunggu dan memotivasi banyak orang, apalagi beasiswa yang diraih ke luar negeri salah satunya Maroko.
Hal inilah yang dirasakan oleh para mahasiswa baru dari berbagai pesantren yang berhasil lolos dan akan menempuh pendidikan ke Maroko jalur beasiswa PBNU. Acara ini disambut antusias oleh para mahasiswa, orang tua atau wali dan para tamu undangan di lapangan utama Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta (5/10).
Dari sekian banyaknya siswa-siswi yang mendaftar program jalur PBNU, hanya 35 mahasiswa yang lolos untuk meneruskan pendidikan kuliahnya di Maroko.
Mengingat seleksi yang diadakan tidaklah mudah, para mahasiswa yang mendaftar jalur ini melaksanakan tes yang sulit, karena pendidikan yang akan ditempuh adalah ke sebuah negara yang dikenal dengan ilmu pengetahuannya. Akan tetapi dari jumlah yang terpilih tersebut, hanya 30 orang yang mengambil pendidikan kuliah Maroko, 10 orang perempuan dan 20 orang laki-laki sedangkan 5 Mahasiswa lainnya, melakukan pengajuan surat pengunduran.
Ucapan selamat dan penuh rasa syukur atas terpilihnya para mahasiswa menjadi kaderisasi alim ulama, salah satunya perwakilan Pesantren Asshiddiqiyah yaitu Qori'atus Shufiyah mahasantri Ma'had Aly yang turut lolos seleksi tersebut.
Khadimul Ma'had Asshiddiqiyah KH. Ahmad Mahrus Iskandar mengingatkan bahwa semua mahasiswa harus yakin dan semangat.
“Harus yakin terhadap ilmu, harus yakin kepada Allah, kalau kita sudah yakin kepada Allah maka Allah akan menyemangati kita Intansurullah yansurukum niatkan belajar kita untuk membesarkan agama Allah.” pesannya.
Sebagai penerus para kiyai dan agama Allah tentu para mahasiswa memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengemban posisi mereka. Dengan harapan mereka bisa menggantikan posisi para kiyai, sebagai rujukan masyarakat, agama dan bangsa.
Jajaran pengurus PBNU turut hadir dalam acara tersebut. Dalam sambutanya kali ini, beliau berpesan kepada calon mahasiswa untuk bekal mereka ketika nanti sudah berada di Maroko.
“Wamayalil mudofa ya’ti kholafa, ‘anhu fili’robi idza mahudifa Apabila ulama telah tiada maka santrilah yang akan meneruskan jejak para ulama.” ungkap pengurus besar PBNU.
“Bil jarri wa tanwini wannida wal, wamusnadin lil’ilmi Tamyizun Hasol”, lanjutnya.
Dalam lafal hasola tamyiz kalian harus menjadi orang yang terpilih, dan bisa unggul, akan tetapi hal tersebut memiliki syarat tertentu.
Yang pertama biljarri ialah ketawadhuan. Dengan ketawadhuan kalian bisa mengabdi, beribadah, dan terbebas dari Dzillah.
Pada lafal Nida ialah mengajar. Dengan mengajar kalian bisa menjadi agen perubahan, bisa menjadi leader. Karena Seiring dengan keilmuan yang digali secara mustahil itu, kalian harus yakin bahwa guru-guru kalian selalu mendampingi kalian, dan mempertanggungjawabkan terhadap apa yang di berikannya.
kemudian lafal Al bermakna jelas, ialah jelas terhadap keilmuannya. Dan yang terakhir Sehebat apapun kalian harus kembali kepada biljarri wattanwini ialah dengan menyandarkan kepada Allah, karena Allah memiliki sebuah landasan ialah laahaula walakuata illabillah.
(Kurniawati Musoffa)
0 komentar :
Posting Komentar