AMC -Muharram adalah bulan pertama dalam kalender penanggalan hijriyah. Muharram pada hakikatnya sama seperti bulan Hijriyah lainnya, terdiri dari 29 atau 30 hari pada umumnya. Namun, Muharram akan terlihat berbeda jika melihat keistimewaan di dalamnya. Bulan ini termasuk kedalam “empat bulan” yang diberi gelar “al-Arba’ah al-Hurum”, bulan yang dimuliakan (selain Dzulhijjah, Dzulqa’dah dan Rajab), sesuai firman Allah surat At-Taubah ayat 36:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا
عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ
مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
“Sungguh jumlah (bilangan) bulan di sisi Allah ialah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dab bumi, diantaranya empat bulan yang mulia...” (At-Taubah (9): (36)
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya terkait ayat tersebut, menukil beberapa riwayat yang menjelaskan maksud dari 4 bulan yang dianggap mulia tersebut. Salah satunya ialah riwayat Ibnu Jarir yang mengatakan demikian:
وقد قال إ بن جرير:حدثنا محمد بن معمر, حدثنا روح, حدثنا أشعث,
عن محمد بن سيرين, عن أبي هريرة رضي الله عنه, قال: قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: " إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق السموات والارض, وإن عدة الشهور
عند الله اثنا عشر شهرا فى كتاب الله يوم خلق السموات والارض منها أربعة حرم,
ثلاثة متواليات, ورجب مضر بين جمادي وشعبان
“Ibnu Jarir berkata: menceritakan kepadaku Muhammad bin Ma’mar, menceritakan kepadaku Ruh, menceritakan kepadaku Asy’ats, menceritakan kepadaku Muhammad bin Sirin dari Abi Hurairah Ra, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: sungguh waktu telah telah berputar sama seperti ketika keadaannya ketika Allah menciptakan langit dan bumi, dan sungguh jumlah (bilangan) bulan di sisi Allah ialah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dab bumi, diantaranya empat bulan yang mulia, 3 bulan diantaranya beriringan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram) serta Rajab yang diapit dua bulan Jumady dan Sya’ban”
Anjuran Berpuasa Pada Hari Asyura
Di dalam Muharram ada sebuah hari yang sangat istimewa. Pada hari itu umat Yahudi melaksanakan puasa. Pada hari itu pula bangsa Quraisy di masa jahiliyah melaksanakan puasa.
Ya, hari itu adalah hari ke-sepuluh bulan Muharram atau hari Asyura. Hari di mana umat Yahudi melegitimasinya sebagai hari Allah menyelamatkan Nabi Musa As dan kaumnya dari kejaran Fir’aun.
Syekh Zain ad-Din bin Abdul Aziz al-Malibari dalam kitabnya Irsyad al-Ibad (hlm, 48 cet, Pustaka al-Alawiyah Semarang) mengutip hadist riwayat Bukhari dan Muslim berkata demikian.
والشيخان عن ابن عباس أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قدم المدينة فوجد اليهود صياما يوم عاشوراء فقال لهم رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما هذا اليوم الذى تصومونه فقالوا هذا يوم عظيم, أنجى الله فيه موسى وقومه وأغرق فرعون وقومه فصامه موسى شكرا فنحن نصومه. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم فنحن أحق وأولى بموسى منكم فصامه رسو ل الله وأمر أصحابه بصيامه
“Dari Syaikhani (Bukhari, Muslim) dari Ibnu Abbas: Ketika Rasulullah sampai ke kota Madinah, Nabi Saw mendapati umat Yahudi berpuasa di hari Asyura (10 Muharram). Nabi Saw bertanya kepada mereka, umat Yahudi: “ apa sebab kalian berpuasa di hari ini”. “ini adalah hari yang agung, pada hari ini Allah selamatkan Musa dan kaumnya (dari kejaran Fir’aun dan kaumnya) dan serta menenggelamkan Fir’aun beserta kaumnya, Nabi Musa berpuasa pada hari ini sebagai wujud syukur, maka kami juga berpuasa pada hari ini” jawab umat Yahudi. Kemudian Nabi Saw bersabda: “kami lebih berhak (bersyukur) atas Musa dari kalian”. Kemudian Nabi Saw berpuasa dan memerintahkan sahabatnya juga berpuasa”.
Selain umat Yahudi, bangsa Quraisy pada masa jahiliyah juga melaksanakan ibadah puasa pada hari Asyura.
Syekh Muslim bin al-Hajjaj dalam kitab hadist fenomenalnya Shahih Muslim (2/19) meriwayatkan beberapa hadist yang menyebutkan kebiasaan bangsa Quraisy tersebut. Diantaranya:
حدثنا زهير بن حرب حدثنا جرير عن هشام بن عروة عن أبيه عن عائشة رضي الله عنها قالت: كانت قريش تصوم عاشوراء فى الجاهلية. وكان رسول الله يصومه. فلما هاجر إلى المدينة صامه وأمر بصيامه. فلما فرض شهر رمضان قال: " من شاء صامه ومن شاء تركه"
“Menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, menceritakan kepadaku Jarir dari Hisyam bin Urwah dari Ayahnya, dari Aisyah Ra berkata: bangsa Quraisy berpuasa di hari Asyura pada masa jahiliyah. Nabi Saw juga berpuasa di hari Asyura. Ketika Nabi Saw hijrah ke kota Madinah Nabi Saw berpuasa dan memerintahkan (kaumnya) untuk berpuasa juga. Kemudian setelah diwajibkannya puasa Ramadhan Nabi Saw bersabda: “barang siapa ingin ia boleh berpuasa dan boleh juga tidak”.
Melaksananakan puasa pada hari Asyura sangat dianjurkan. Banyak hadist-hadist yang menyebutkan keutamaan berpuasa di dalamnya. Juga cerita-cerita magis yang terjadi. Diantaranya: disebutkan dalam kitab Irsyad al-Ibad karya Syekh Zain ad-Din al-Malibari bahwa suatu ketika sebagian ulama bermimpi melihat saudaranya. Di mimpi itu saudaranya berkata: “Allah mengampuni dosa 60 tahun berkat puasa di hari Asyura”.
Dalam praktiknya, dianjurkan bagi umat Islam menyertai puasa Asyura dengan puasa hari sebelumnya (Tasu’a), hari ke-9.
البيهقى: صوموا التاسع والعاشر ولا تشبهوا باليهود
“Al-Bayhaqi: “berpuasalah kalian pada tanggal 9 dan 10. Jangan kalian serupai umat Yahudi”.
Berikut niat puasa Tasu’a dan Asyura:
نويت صوم غد عن أداء سنة التاسوعاء لله تعالى
“Saya niat puasa besok, untuk melaksanakan sunnah Tasu’a karena Allah Taala”
نويت صوم غد عن أداء سنة عاشوراء لله تعالى
“Saya niat puasa besok, untuk melaksanakan sunnah Asyura karena Allah Taala”
(Alwi)
Foto: Asshiddiqiyah Media Center
0 komentar :
Posting Komentar