AMC - Bulan penuh berkah, Ramadlan, kali ini harus berhadapan dengan pandemi. Padahal di tengah kesulitan ini seluruh umat Islam yang baligh dan berakal wajib berpuasa. Selain dikatakan wajib, puasa juga merupakan ibadah untuk menahan diri. Apalagi ditengah pandemi ini, kita dianjurkan untuk di rumah aja, sebagai bentuk upaya pencegahan tersebarnya virus covid 19. Puasa juga merupakan salah satu rukun Islam.
Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ
وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ
وَمُسْلِمٌ
Dari Abu Abdurrahman,
Abdullah bin Umar bin Al-Khottob Radiallahuanhuma dia berkata: "Saya
mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun
diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain
Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan
zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. (HR. Bukhari dan Muslim).
Begitupula di dalam Al-Qur'an surat al-Baqarah
ayat 183:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Wahai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan terhadap
umat terdahulu agar kalian bertaqwa" (QS. al-baqarah: 183)
Dari ayat tersebut memberikan suatu
kesimpulan bahwasanya kita semua wajib menjalankan puasa sebulan penuh supaya
kita menjadi orang yang bertaqwa. Dari pelaksanaan ibadah tersebut banyak
sekali hikmah yang dapat kita ambil supaya mengantarkan diri kita ke kehidupan
yang lebih baik walau di tengah pandemi, antara lain:
1. Mendidik hawa nafsu
Pada dasarnya hawa nafsu itu hanya
mendorong kesenangan-kesenangan sesaat yang berujung pada keburukan. Allah Swt
berfirman:
وَما أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا
رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيم
“Dan aku tidak membebaskan diriku
(dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada keburukan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku,” (QS Yusuf
[12]: 53)
Oleh karena itu maka kita harus
berusaha mengendalikan hawa nafsu kejalan yang baik, kuasailah hawa nafsu
dengan akal dan kuasailah Akal dengan wahyu. Hawa nafsu jika di biarkan begitu
saja maka akan terus mengerogoti diri kita, karena nafsu itu bagaikan bayi yang
menyusui, ketika tidak disapih maka akan terus menyusu. Makausdnya adalah kalau
sendainya nafsu dbiarkan begitu saja maka orang tersebut akan dikuasai,
diperbudak oleh nafsu itu sendiri. Imam Al-Bushiri menjelaskan di dalam Qasyidah
Burdahnya:
والنفسُ كالطفلِ إن تهملهُ شَبَّ على حُبِّ الرَّضاعِ وإنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِم
"Nafsu itu laksana
bayi, apabila diteruskan menetek, maka ia akan tetap saja suka menetek. Namun
jika ia disapih, ia pun akan berhenti dan tidak suka menetek".
Dijelaskan di dalam kitab Al-Kawakibud
Durriyah ‘Ala Al-Hadaiki Al-Waradiyyah Fi Ajlai As-Sadati An-Naksabandiyyah
Halaman 54 karang Syekh Abdul Majid bin Muhammad
Al-Khani bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:
اعدى عدوك نفسك التي بين
جنبيك ( رواه الديلمي)
"Musuh besarmu
adalah nafsumu yang ada pada dirimu" (HR Ad-Dailimy)
Nafsu memang ada banyak, namun yang dimaksud disini adalah segala sesuatu
yang berorientasi terhadap kejelekan, seperti nafsu terhadap harta, tahta,
wanita, kehormatan, makan, minum dan sebagainya. cara menundukan semua itu
diantaranya dengan cara berpuasa, karena
dengan berpuasa kita dilatih mengendalikan nafsu kita dengan menahan lapar,
haus, dan sebagainya.
2. Puasa dapat mendidik seseorang supaya bersikap
amanah
Ya, amanah terhadap
dirinya sendiri, karena berpuasa itu tidak terlihat secara dzahir. Seorang yang
berpuasa itu meninggalakan makan, minum dan lainya dengan sendirinya sendiri
sehingga butuh adanya kejujuran terhadap dirinya karena dengan kejujuranya Ia
akan mendapatkan balasan yang tak terhingga dari Allah Swt. Rasulullah Saw
bersabda di dalam hadist Qudsinya:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى
سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ
لِي وَأَنَا أَجْزِي بِه
Artinya: "Semua
amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus
kali lipat. Allah Azza Wa Jallah berfirman, ‘Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku
dan Aku yang akan memberikan pahalanya."
3. Puasa dapat menyehatkan badan
Sebagaimana kita ketahui
bahwa alat produksi merek apapun pasti butuh diistirahatkan (di dinginkan),
kalau dipakai terus menerus pasti akan mengalami kerusakan atau paling tidak
merurun kualitas produksinya. Begitu pula dengan perut, kalau terus menerus
diisi dengan makanan tampa adanya istirahat pasti akan mengalami kesakitan
sehingga timbulah berbagai macam penyakit. Para ulama mengatakan:
المعدة بيت الداء والحمية راس الدواء
"Perut itu adalah
gudangnya penyakit dan berpantang itu adalah pangkal dari segala obat"
Selain itu, amatlah buruk
orang yang hidupnya hanya memikirkan isi perut, banyak sekali orang yang
bermusuhan gara-gara memperebutkan isi perut. Seharusnya kita makan dan minum
itu sewajarnya saja, jangan sampai berlebihan agar tubuh kita tetap sehat.
Dijelaskan di dalam kitab Kitabul Qabsi Fi Syarhi Al-Muwatta’ jilid 1
halaman 1118 karangan Syekh Abi Bakr bin Al-Arabi Al-Ma’arifi bahwasanya Rasulullah
Saw bersabda:
من حديث المقدام بن معدي كرب - رضي الله عنه - قال: سمعتُ رسول الله - صلى
الله عليه وسلم - يقول: ما ملأ آدمي وعاء شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يقمن
صلبه، فإن كان لا محالة فثلث لطعامه، وثلث لشرابه، وثلث لنفسه (روى الترمذي في
سننه)
Artinya: “Diriwayatkan
dari Miqdan bin Ma’di kariba RA, beliau berkata: Saya mendengar Rasylullah Saw
bersabda “Anak Adam tidak memenuhkan sesuatu yang lebih jelek dari perutnya. Cukup
bagi seseorang untuk makan dengan beberapa suap dengan seukuran yang dapat
meluruskan tulang rusuknya. Namun jika ia sangat ingin maka jadikanlah perutnya
tiga bagian: sepertiga pertama untuk makanannya, sepertiga kedua untuk
minumannya, sepertiga terakhir untuk nafasnya". (HR. at-Tirmidzi di
kitab Sunan nya)
Dari sinilah dapat kita
pahami bahwasanya salah satu cara agar makan secara teratur adalah dengan cara
berpuasa.
4. Puasa dapat mendidik jiwa terhadap sifat
sabar
Para ulama setidaknya
menbagi sabar menjadi tiga bagian. Sabar dalam melaksanakan taat kepada Allah,
Sabar dalam menghindari sesuatu yang dilarang oleh Allah, dan Sabar dalam
menghadapi musibah. Tiga macam sabar ini ternyata ada di dalam puasa. Orang
yang berpuasa pertama ia akan sabar dalam menjalankan ibadah kepada Allah yaitu
puasa, kedua Ia akan sabar dalam menjauhi sesuatu yang dilarang oleh allah, dan
yang ketiga Ia akan sabar dalam cobaan dari Allah seperti rasa lapar dan haus.
jika semuanya terlaksana dengan baik maka Allah akan mengampuni dosa orang
tersebut.
Dijelaskan di dalam kitab Fadhailu Ramadlan halaman 35 karangan Imam
Abi Bakr Abdullah bin Muhammad bin Abi dunya bahwasanya Rasulullah Saw
bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري)
Artinya: "Dari
Abi Hurairah RA, berkata: Rasaulullah Saw bersabda “Barang siapa yang berpuasa
di bulan Ramadlan didasari keimanan dan mengarap pahشla
dari Allah Swt maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". (HR. Bukhari)
5. Puasa akan memupuk rasa cinta dan saling menyayangi antar sesama,
terlebih kepada orang yang lemah seperti: anak yatim, janda, fakir miski, dan
sebagainya. Dengan berpuasa kalangan yang berkecukupan akan merasakan apa yang
dirasakan oleh golongan yang lemah sehingga akan timbul pada dirinya rasa kasih
sayang terhadap mereka. dengan ini maka orang kaya akan membantu orang miskin
dan akan banyak orang yang bersedekah kepada orang-orang yang lemah karena
sedekah yang paling utama adalah di bulan Ramadlan Sebagaimana di dalam kitab Nidaurayan Fi
Fiqhi As-Shaumu Wa Fadhli Rqmadona jilid 1 halaman 441-442 karangan DR
Sayid bin Husain Al-Affani bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:
اَفْضَلُ الصَّدَقَةِ صَدَقَةٌ فِيْ رَمَضَانَ (رواه الترمذي)
"Shadaqah yang paling utama adalah bershadaqah di bulan
Ramadlan". (HR. At-Tirmidzi)
6. Mengarahkan seorang hamba untuk berfikir dan
merenungkan kehidupan yang kekal yaitu akhirat, karena dengan berpuasa
sebenarnya ia berlatih untuk menghilangkan perkara-perkara duniawi di hatinya
sehingga yang terlintas difikiranya hanyalah akhirat. dari sisnilah seseorang
akan berubah kearah yang lebih baik.
Dari hikmah-hikmah yang
telah disebutkan perlu kita ketahui bahwa hal yag terbesar itu tentunya karena
Allah Swt telah menjadikan bulan ini dengan sangat istimewa sehingga banyak
sekali amalan-amalan, keutamaan-keutamaan dan hikmah-hikmah didalamnya, apalagi
seseorang itu mampu melaksanakan ibadah puasa dengan benar maka dari puasa
itulah orang akan terlatih baik fisik maupun batin sehingga akan mendapatkan
kemulyaan yang begitu besar dihadapan Allah Swt. Wallahu A'lam
Referensi:
Syekh Abdul Majid bin Muhammad Al-Khani - Al-Kawakib al-Durriyah ‘ala al-Hadaiki al-Waradiyyah fi Ajlai al-Sadati al-Naqsabandiyyah
Imam Abi Bakr Abdullah bin Muhammad bin Abi dunya - Fadlailu Ramadlan
Syekh Abi Bakr bin Al-Arabi Al-Ma’arifi - Kitabul Qabsi fi Syarhi al-Muwatta’
Sayid bin Husain Al-Affani - Nidaurayan fi Fiqhi al-Shaum wa Fadhli
Ramadlan
Oleh: Mohamad
Anwar
Edit: Milasari
Foto: Google
0 komentar :
Posting Komentar