AMC
- Sebagaimana kita ketahui bahwasanya di Bulan Ramadhan Umat Islam
yang mukallaf diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa, hal
ini berdasarkan firman Allah Swt surat al-Baqarah ayat 183:
يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaiama telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian supaya kalian
bertaqwa."
Tingkatan puasa
Menjalankan puasa bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus saja, tetapi
puasa benar-benar melatih diri kita secara zahir maupun batin, secara dhahir
kita dilatih untuk menahan lapar dan haus begitupula Syahwat dan secara batin
kita dilatih untuk bersabar, menahan diri dari hawa nafsu, pandangan,
penglihatan, pendengaran dan seluaruh anggota kita untuk tidak digunakan
terhadap sesuatu yang tidak diridai Allah swt. Hati kita harus bersih dari
penyakit-penyakit hati supaya mencapai kepada tujuan utama dalam berpuasa yaitu
menjadi orang yang bertaqwa. Oleh karena itu maka para ulama membagi puasa
kepada tiga tingkatan, yaitu:
- Puasa umum/’am (puasa orang awam)Puasa umum
(awam) adalah puasanya orang yang hanya bisa menahan lapar, haus dan farji
dari keinginan syahwat'. ini adalah tingkatan puasa yang paling rendah
karena orang yang berada pada tahap ini belum bisa menjauhi perbuatan
maksiat, dalam arti masih melaksanakan perbuatan yang dilarang oleh Allah
Swt.
- Puasa khusus/khash (istimewa)Puasa
khusu adalah puasanya orang yang bukan hanya menahan lapar dan haus saja,
akan tetapi ia mampu menahan penglihatan, pendengaran, lisan, tangan,
kaki, dan anggota badan lainya dari perbuatan dosa. ini adalah tingkatan
yang sedang karena bukan hanya menjaga dari sesuatu yang membatalkan
puasa, akan tetapi ia juga mampu menahan dirinya dari perbuatan dosa.
- Puasa khususnya khusus/khawash al-khash (paling Istimewa)Puasa
khususnya khusus adalah puasanya orang sudah tidak peduli dari sesuatu
yang bersiafat dunia bahakan ia selalu memalingkan hati dan
keingina-keinginanya dari dunia dan segala sesuatu selain Allah dan yang
ia harapkan hanya rida Allah swt
إعلم أن الصوم ثلاث درجات صوم العموم وصوم الخصوص وصوم خصوص الخصوص:
وأما صوم العموم فهو كف البطن والفرج عن قضاء الشهوة كما سبق تفصيله، وأما صوم الخصوص فهو كف السمع والبصر واللسان واليد والرجل وسائر الجوارح عن الآثام، وأما صوم خصوص الخصوص فصوم القلب عن الهضم الدنية والأفكار الدنيوية وكفه عما سوى الله عز وجل بالكلية
وأما صوم العموم فهو كف البطن والفرج عن قضاء الشهوة كما سبق تفصيله، وأما صوم الخصوص فهو كف السمع والبصر واللسان واليد والرجل وسائر الجوارح عن الآثام، وأما صوم خصوص الخصوص فصوم القلب عن الهضم الدنية والأفكار الدنيوية وكفه عما سوى الله عز وجل بالكلية
Artinya: “Ketauhilah bahwa puasa ada tiga tingkatan: Puasa Umum,
Puasa Khusus, dan Puasa paling Khusus. Puasa Umum adalah menahan perut dan
kemaluan dari menunaikan syahwat, adapun Puasa Khusus adalah menahan
pendengaran,penglihatan, lisan, tangan, kaki dan seluruh anggota badan dari
perbuatan-perbuatan dosa dan Puasa sangat Khusus adalah berpuasanya hati dari
keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan diri daritujuan
selain Allah Swt secara totalitas.” (Imam
Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, 1/234)
Hal ini selaras dengan pendapat Imam Ahmad bin Hijazi al-Fasyani dalam
kitab Kasyifatussaja syarah Safinatunnaja karangan Imam Nawawi
al-Bantani hal 45 dan juga pendapat Sayid Husein Al-Affani dalam kitab Nidaurrayan
fi Fiqhi al-Shaumi wa Fadhli Ramadlan jilid 1 halaman 373.
Keutamaan-keutaman Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan memiliki banyak sekali keutaman-keutamaan yang tidak ada di
bulan selain Ramadhan, diantara keutamaanya adalah:
- Ramadhan adalah bulan diturunkanya al-Qur'an dan kitab-kitab samai’
Sayid Husein Al-Affani menjelaskan di dalam
kitabnya Nidaurrayan fi Fiqhi al-Shaum wa Fadhli Ramadlan jilid
1 halaman 183 karangan bahwasanya:
عن واثلة بن الاسقع عن رسول الله ص أنزلت صحف أبراهيم
أؤت تيتة من رمضان وأنزلت التورات لست مضت من رمضان, وأنزل الأنجيل لثلاث عشرة مضت
من رمضان، وأنزل الزبور لثمان عشر خلت من رمضان، وأنزل القرأن لأربع وعشرين خلت من
رمضان. حسن رواه الطبران (في الكبير) عن واثلة، وأحمد في مسنده
Di jelaskan di dalam Al-Qur'an surat al-baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ
وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ
فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ
أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ
وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
- Di Bulan Ramadhan ada malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu
Lailatul Qodar.
Sebagaimana di dalam al-Qur'an surat al-Qadr ayat 1-5
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(١) وَمَا
أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (٢) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
شَهْرٍ (٣) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ
كُلِّ أَمْرٍ (٤) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (٥)
Artinya: “Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit
fajar.” (QS. Al Qadr: 1-5).
- Dilipatgandakanya pahala oleh Allah swt
- Bulan dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka
Dijelaskan di
dalam kitab Shahih Bukhari juz 3 halaman 32:
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ – وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ – عَنْ أَبِى سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ
النَّار وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِين
Artinya: “Apabila
datang bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup
dan setan-setan yang jahat dibelenggu.” (HR. Bukhori).
- Diijabahnya doa oleh Allah swt
Demikianlah Ramadlan, bulan yang sangat istimewa, diberkahi dan penuh
pengampunan. Bulan Ramadlan adalah bulannya umat Nabi Muhammad Saw, karena pada
bulan itu seluruh Umat Islam diwajibkan untuk menjalankan Puasa selama sebulan
penuh. Sepuluh hari pertama adalah rahmat (kasih sayang allah), pertengahanya
adalah pengampunan allah dan sepuluh hari terakhir adalah pembebasan dari api
neraka. Di bulan tersebut juga terdapat hari diturunkannya al-Qur'an
dan malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu malam Lailatul
Qadar.
Dinamakan
Ramadlan karena bulan tersebut adalah bulan pembakaran dosa karena arti dari
Ramadlan tersendiri adalah panas, yang mana pada bulan tersebut hati itu
menerima panasnya mau'izhah-mauizhah. Ada juga yang mengatakan
bahwa dinamakan Ramadlan karena biasanya bulan tersebut terjadi di musim panas.
Sebagaimana di jelaskan di dalam kitab Hasyiyah Al-Bujairimy 'Ala
al-Khatib 12/43:
وَرَمَضانَ لِرَمَضِ الذُّنُوبِ فِيهِ ، لِأَنَّهُ يُرْمِضُ الذُّنُوبَ أَيْ
يُحْرِقُهَا ، وَقِيلَ : لِأَنَّ الْقُلُوبَ تُؤْخَذُ فِيهِ مِنْ حَرَارَةِ
الْمَوْعِظَةِ ، وَقِيلَ : سُمِّيَ رَمَضَانَ لِأَنَّهُمْ لَمَّا نَقَلُوا
أَسْمَاءَ الشُّهُورِ عَنْ اللُّغَةِ الْقَدِيمَةِ سَمَّوْهَا بِالْأَزْمِنَةِ
الَّتِي وَقَعَتْ فِيهَا فَوَافَقَ زَمَنَ الْحَرِّ وَالرَّمَضِ
Artinya: “Dinamakan Ramadlan karena bulan itu untuk
pembakaran dosa, dikatakan juga karena di bulan itu hati menerima panasnya
mauidzah, dikatakan juga karena masyarakat dahulu menamai bulan itu dengan
bahasa terdahulu, mereka menamakan bulan dengan musim yang bertepatan pada
bulan tersebut dan Ramadhan bertepatan dengan musim panas.”
Begitupula dijelaskan di dalam kitab Al-Hawi al-Kabir jilid
3 hal 854
وَقَدْ رَوَى أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
{صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ} قَالَ : إِنَّمَا سُمِّيَ رَمَضَانُ :
لِأَنَّهُ يَرْمِضُ الذُّنُوبَ أَيْ : يَحْرِقُهَا وَيَذْهَبُ بِهَا
( الحاوى الكبير ـ الماوردى: 3/ 854)
Anas
bin malik bercerita bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Dinamakan Ramdhan karena
membakar dosa dalam arti membakar sekaligus melenyapkan dosa”
Dari penjelasan di atas dapat diambil hikmahnya bahwa di bulan yang suci
ini mari perbanyak ibadah kita dan teruslah berusaha memperbaiki diri kita,
puasa kita supaya benar-benar mendapatkan nilai di hadapan Allah Swt dan
tentunya memberikan dampak positif terhadap kehidupan kita kedepannya. Covid-19
bukan halangan untuk kita agar selalu berusaha meningkatkan kualitas puasa kita.
Wallahu A’lam
Referensi:
Syekh Sulaiman Al-Bujairimy, Hasyiyah Al-Bujairimy 'Ala Al-Khatib
Al-Mawardi , Al-Hawi Al-Kabir
Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin
Syekh Nawawi al-Bantan, Kasyifatussaja syarah Safinatunnaja,
Sayid Husein Al-Affani, Nidaurrayan fi Fiqhi al-Shaum wa Fadhli
Ramadlan
Oleh : Mohamad Anwar
Edit : Lail
Foto : Google
Foto : Google
0 komentar :
Posting Komentar