AMC - Dalam rangka memperingati semarak Harlah ke-35, pondok pesantren Asshiddiqiyah menggelar Haul dan Tabligh Akbar di lapangan utama Asshiddiqiyah, Sabtu pagi (07/03).
Dihadiri langsung oleh tamu kehormatan Wapres RI KH. Ma'ruf Amin, acara tersebut berlangsung khidmat dihadiri juga oleh KH. Manarul Hidayat, KH. Mujib Qulyubi, seluruh pengasuh Pesantren Asshiddiqiyah se-Indonesia, serta tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Khadimul Ma'had KH. Ahmad Mahrus Iskandar mengatakan bahwa Asshiddiqiyah lahir 35 tahun lalu, tepatnya Juli 1985 oleh Abah Yai dan beberapa wakif. Saat itu Asshiddiqiyah hanya memiliki sepetak tanah di Kedoya, namun atas izin Allah swt saat ini Asshiddiqiyah sudah berkembang 12 cabang. Tentunya semua ini dilakukan dengan tekad yang kuat serta niat, semangat dan tirakat yang dilakukan Abah Noer Muhammad Iskandar.
Harlah Asshiddiqiyah ke-35 ini mengambil tema "Jejak Masyayikh Pendiri Bangsa". Dalam amanatnya, Wapres RI menginspirasi para jamaah yang hadir dengan
المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح والإِصلاح إِلى ما هو الأصلح ثم الأصلح فالأصلَح
المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح والإِصلاح إِلى ما هو الأصلح ثم الأصلح فالأصلَح
Bagaimana kita sebagai umat bukan hanya menjaga tradisi yang baik, mengambil hal-hal yang baik, namun juga harus mengembangkan hal-hal yang baik.
لأجر بقدر المنفعة والمصلحة
Seperti dalam hadits
خير الناس أنفعهم للناس
لأجر بقدر المنفعة والمصلحة
Seperti dalam hadits
خير الناس أنفعهم للناس
Sebuah ganjaran bukan hanya dari lelahnya, namun Allah swt akan membalas bagaimana kita bisa memberi manfaat pada orang lain.
KH. Mujib Qulyubi mengatakan bahwa Asshiddiqiyah 35 tahun yang lalu tidak lepas dari do'anya para masyayikh Lirboyo walaupun diawal-awal banyak menghadapi rintangan, diantaranya dengan fitnah yang bertubi-tubi, pesantren pendatang baru dengan cepat berdiri di tengah kota. Dengan tirakatnya Abah Noer berpuasa, bermujahadah, qiyamul lail setiap hari serta fatihahnya bagi para santri, maka jadilah Asshiddiqiyah ini 12 cabang di Indonesia.
Testimoni kedua dari sahabat beliau, KH. Manarul Hidayat yang mengatakan pada tahun 80an ada istilah singa podium yaitu Alm. KH. Zainuddin MZ, KH. Noer Muhammad Iskandar, dan KH. Manarul Hidayat. Kekompakan mereka inilah yang mendasari dakwah ketiganya dengan motto pendakwah, pendidik, dan aktifis pendidikan. (Hani, Mila, Lyda)
0 komentar :
Posting Komentar