AMC - Saat dunia sedang disibukkan dengan penanganan wabah Covid-19, kita sebagai umat Islam melawannya dengan cara jasmani dan selalu memohon pertolongan Allah melalui ibadah. Terlebih hari ini akan datang bulan yang amat mulia bagi umat Islam. Pada bulan ini Allah SWT memberikan keutamaan-keutamaan kepada kita supaya senantiasa memperbaiki amal ibadah, memperbaiki diri, beribadah sebanyak mungkin sebelum amalan kita dihadapkan kepada Allah SWT, yakni bulan Sya'ban.
Bulan Sya’ban merupakan bulan yang sangat istimewa, para ulama dan orang-orang shaleh memanfaatkan bulan ini untuk diisi dengan berbagai macam amalan kebaikan. Sebagaiamana kaidah umum yang sudah ditetapkan oleh kalangan ulama bahwasanya mulyanya suatu zaman (bulan) itu ditentukan dengan keistimewaan suatu peristiwa yang terjadi pada zaman tersebut. Semakin tinggi keistimewaan peristiwa yang terjadi maka semakin tinggi pula nilai dan keistimewaan zaman yang melingkupinya.
Dinamakan bulan Sya’ban karena banyak sekali keutamaan-keutamaan di dalamnya. sebagaimana Syekh Syihabudin Ahmad al-Hijazi al-Fasyani di dalam kitabnya Tuhfatul Ikhwan fi Qira’atil Mi’adi fi Rajaba wa Sya’bana wa Ramadhana, halaman 66 menjelaskan:
وسمي شعبان لأنه يتشعب منه خير كثير، وقيل معناه شاع بان، وقيل مشتق من الشِعب (بكسر الشين) وهو طريق في الجبل فهو طريق الخير، وقيل من الشَعب (بفتحها) وهو الجبر فيجبر الله فيه كسر القلوب، وقيل غير ذلك (تحفة الإخوان في قراءة الميعاد في رجب وشعبان ورمضان. ص: 66)
Artinya: “Bulan (kedelapan) hijriyah ini dinamai dengan sebutan ‘Sya‘ban’ karena banyak cabang-cabang kebaikan pada bulan mulai ini. Sebagian ulama mengatakan, ‘Sya‘ban’ berasal dari ‘Syâ‘a bân yang bermakna terpancarnya keutamaan. Menurut ulama lainnya, ‘Sya‘ban’ berasal dari kata ‘As-syi‘bu’ (dengan kasrah pada huruf syin), sebuah jalan di gunung, yang tidak lain adalah jalan kebaikan. Sementara sebagian ulama lagi mengatakan, ‘Sya'ban’ berasal dari kata ‘As-sya‘bu’ (dengan fathah pada huruf syin), secara harfiah ‘menambal’ di mana Allah menambal (menghibur atau mengobati) patah hati (hamba-Nya) di bulan Sya’ban. Ada pula ulama yang memahami bulan ini dengan makna selain yang disebutkan sebelumnya.” (Tuhfatul Ikhwan fi Qira’atil Mi’adi fi Rajaba wasya’bana wa Ramadhana, halaman 66).
Bulan Sya’ban juga di sebut sebagai bulannya Nabi Muhammad saw., dimana tidak ada selain bulan Ramadhan yang dipuasai penuh oleh Nabi kecuali Bulan Sya’ban. Rasululullah bersabda:
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ عَائِشَةَ حَدَّثَتْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ السَّنَةِ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
Artinya: “Dari Abu Salamah bin Abdurrahman, bahwa ‘Aisyah ra menceritakan kepadanya, bahwa Nabi saw tidak berpuasa pada bulan dalam setahun lebih banyak dari puasa beliau pada bulan Sya’ban. Rasulallah saw berpuasa sebulan penuh pada bulan Sya’ban (H.R. al-Bukhari No. 1970, Muslim No. 1156, Ahmad No. 24967, 25101).”
Dari hadist di atas, sudah menjadi keharusan bagi seluruh umat muslim untuk memuliakan bulan Sya’ban. Lantas ada apa saja di balik bulan Sya’ban? Para ulama banyak sekali yang memaparkan mengenai keutamaan, amalan, dan sesuatu yang terjadi di bulan Sya’ban terutama pada malam Nishfu Sya’ban, antara lain:
1. Terjadinya peristiwa perubahan kiblat umat muslim
Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki menjelaskan bahwa di pertengahan bulan Sya’ban terjadi peristiwa perubahan kiblat dari Masjidil Aqsa ke arah Ka’bah (Baitullah). Sebagaimana di dalam kitabnya Itmi’nanul Qulub fi Dzikri al-Guyub hal 7 beliau mengutif perkataan Abu Hatim dari kitab al-jami al-Ahkam al-Quran jilid 2 hal 150 karangan Imam al-Qurtubi, bahwasanya Abu hatim al-Bisti berkata:
وقال ابو حاتم البستي : صلى المسلمون الى بيت المقدس سبعة عشر شهرا وثلاثة ايام سواء، وذالك سواء، وذلك ان قدومه المدينة كان يوم الاثنين لاثنتي عشرة ليلة خلت من شهر ربيع الاول، وامره الله عز وجل لاستقبال القبلة يوم الثلاثاء للنصف من شعبان.( الجامع للحكام القران ، للقرطببي. ٢/ ١٥٠)
Artinya: “Abu Hatim al-Bisti berkata, “Ketika di Madinah umat muslim shalat menghadap Baitul Maqdis selama 17 bulan 3 hari, hal ini karena kedatangan Nabi ke Madinah pada hari Senin 12 Rabi’ul Awal kemudian pada hari Selasa pertengahan Sya’ban tahun kedua hijrah, Allah SWT memerintahkan Nabi shalat menghadap Ka’bah.”
2. Dihadapkannya seluruh amal manusia selama satu tahun ke hadapan Allah SWT
Pada pertengahan bulan ini juga merupakan akhir dan awal dari buku catatan amal baik maupun buruk seluruh manusia selama satu tahun. Sebagaimana di dalam kitab Al-Ghun_yah li al-Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, juz 1 halaman 250:
وَعَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ يُعْرَضُ عَمَلُ السَّنَةِ فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَخْرُجُ الرَّجُلُ مُسَافِرًا وَقَدْ نُسِخَ مِنَ الْأَحْيَاءِ إِلَى الْأَمْوَاتِ وَيَتَزَوَّجُ وَقَدْ نُسِخَ مِنَ الْأَحْيَاءِ إِلَى الْأَمْوَاتِ
Artinya: “Dari Atha` bin Yasaar, (beliau berkata) : Amal perbuatan dalam satu tahun disodorkan pada malam Nishfu Sya’ban. Bisa saja terjadi seorang laki-laki bepergian padahal dia telah disalin dari daftar orang hidup ke daftar orang mati. Bisa juga terjadi dia kawin padahal dia telah disalin dari daftar orang hidup ke daftar orang mati.”
Dalam kitab Tafsir Addurrul Mantsur karangan Imam Suyuti, juz 7 halaman 402 dijelaskan:
وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ : إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ دُفِعَ إِلَى مَلَكِ الْمَوْتِ صَحِيْفَةٌ فَيُقَالُ اِقْبِضْ مَنْ فِيْ هَذِهِ الصَحِيْفَةِ فَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَفْرِشُ الْفِرَاشَ وَيَنْكِحُ الْأَزْوَاجَ وَيَبْنِي الْبُنْيَانَ وَإِنَّ اسْمُهُ قَدْ نُسِخَ فِي الْمَوْتَى
Artinya: “Ibnu Abiddunya mengeluarkan riwayat dari Atha` bin Yasaar, beliau berkata: Ketika malam Nishfu Sya’ban, diserahkanlah buku catatan kepada malakul maut. Dikatakan kepadanya: Cabutlah nyawa orang-orang yang ada dalam buku catatan ini. Maka ada seorang hamba membentangkan kasur, dia kawin dengan isteri-isterinya, dia membangun bangunan padahal namanya sudah disalin masuk ke daftar orang-orang yang mati.
3. Allah akan memperhatikan hambanya pada malam Nisfu Sya’ban, kemudian mengampuni dosanya kecuali orang yang musyrik dan bertengkar. Sebagaimana Di dalam kitab Syu’abil Iman, lil Baihaqi, juz 5 halaman 360, hadits nomor 3552:
أَخْبَرَنَا أَبُوْ بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْمَنْصُوْرِيُّ النُّوْقَانِيُّ، بِهَا أَخْبَرَنَا أَبُوْ حَاتِمٍ مُحَمَّدُ بْنُ حَسَّانَ بْنِ أَحْمَدَ الْبُسْتِيُّ، نا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُعَافَى بِصَيْدَا، نا هِشَامُ بْنُ خَالِدٍ الْأَزْرَقُ، نا أَبُوْ خُلَيْدٍ وَهُوَ عُتْبَةُ بْنُ حَمَّادٍ، عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ، وَابْنِ ثَوْبَانَ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ مَالِكِ بْنِ يُخَامِرَ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ فِي اللَّيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ "
Artinya: “…dari Mu’adz bin Jabal, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:”Allah memperhatikan kepada semua mahkluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban. Makai Dia memberi ampunan kepada semua mahkluk-Nya, kecuali kepada orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
Dalam Kitab Sunan Tirmidzi juz 2 halaman 121-122, hadits nomor 736, dijelaskan:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيْعٍ حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ أَخْبَرَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِيْ كَثِيْرٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَخَرَجْتُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيْعِ فَقَالَ أَكُنْتِ تَخَافِيْنَ أَنْ يَحِيْفَ اللهُ عَلَيْكِ وَرَسُوْلُهُ ؟ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَاءَكَ فَقَالَ إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ
Artinya: “………dari Urwah, dari Aisyah, beliau berkata “Pada suatu malam, saya kehilangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Maka sayapun keluar mencarinya, ternyata beliau ada di Baqi’, beliau bersabda, “Apakah kamu takut Allah dan Rasulnya mengabaikanmu?”
Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, saya mengira engkau mengunjungi sebagian di antara istri-istri engkau.” Nabi bersabda, “Sesungguhnya (rahmat) Allah turun ke langit yang paling bawah pada malam Nishfu Sya’ban dan Ia mengampuni dosa-dosa yang melebihi dari jumlah bulu kambing milik suku Kalb.”
4. Doa akan dikabulkan oleh Allah SWT, sebagaimana Imam Syafi’i menjelaskan di dalam kitabnya Al-Umm juz 1 halaman 231:
( قَالَ الشَّافِعِيُّ ) وَبَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ إنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِيْ خَمْسِ لَيَالٍ فِيْ لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
Artinya: “Imam Syafi’i berkata: Telah sampai kepada kami bahwa doa dikabulkan dalam lima malam, yaitu: malam Jumat, malam al-Adha, malam al-Fithri, malam awal Rajab, malam Nishfu Sya’ban.”
Dalam kitab Nuz-hatul Majalis li al-Shafuuri, juz 1 halaman 165 dijelaskan:
قَالَ عَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ مَا بَعْدَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَفْضَلُ مِنْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَهِىَ مِنَ اللَّيَالِى الَّتِيْ يُسْتَجَابُ فِيْهَا الدُّعَاءُ
Artinya: “Atha` bin Yasaar berkata : Tidak ada malam yang lebih utama setelah Lailatul Qadar dibandingkan dengan malam Nishfu Sya’ban. Ia merupakan salah satu malam yang mustajab berdoa didalamnya.”
Nah, untuk meraih keutamaan-keutamaan tersebut, ada beberapa amalan ibadah yang dianjurkan, antara lain:
1.
Melaksanakan Shalat 12 rakaat pada
malam pertama bulan Sya’ban
Syekh
Sholeh Darat Semarang di dalam kitabnya Latha`ifut Thaharah wa Asrari
as-Shalat halaman 88, beliau mengutip pernyataan Syekh Abdurrahman
Ashshofuri dalam kitabnya Nuzhatul Majalis wa Muntakhabu an-Nafa`is, halaman
182. Mengatakan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
بَابُ
فَضْلِ شَعْبَانَ وَفَضْلِ صَلَاةِ التَّسَابِيْحِ
عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَلَّى أَوَّلَ لَيْلَةٍ
مِنْ شَعْبَانَ اِثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَةِ
الْأُوْلَى فَاتِحَةَ الْكِتَابِ مَرَّةً وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ خَمْسَ
مَرَّاتٍ أَعْطَاهُ اللهُ تَعَالَى ثَوَابَ اثْنَيْ عَشَرَ أَلْفَ شَهِيْدٍ
وَكُتِبَ لَهُ ثَوَابُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ سَنَةً وَخَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ
كَيَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ وَلَا يُكْتَبُ عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ إِلَى ثَمَانِيْنَ
يَوْمًا ذكره النسفي
Artinya: “Barang
siapa yang melaksanakan Shalat 12 Rakaat
pada malam pertama di Bulan Sya’ban, dan Dia membaca Surat al-Fatihah satu kali
dan qulhuwallahu Ahad lima kali maka
allah akan memberinya pahala 12 orang yang mati syahid dituliskan untuknya
selama 12 tahun dan Dia akan diampuni dosanya seperti bayi yang baru lahir dari
ibunya dan tidak ditulis untuknya satu kesalahanpun selama 80 hari”.
2.
Perbanyak puasa, sebagaimana sabdanya:
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ رَأَيْتُكَ تَصُومُ مِنَ الشَّهْرِ شَيْئًا مَا لَا تَصُومُهُ
مِنَ الشُّهُورِ أَكْثَرَ إِلَّا رَمَضَانَ قَالَ أَيُّ شَهْرٍ قُلْتُ شَعْبَانُ
قَالَ هُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ
فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya:
“Dari Usamah bin Zaid
ra, ia berkata; ‘Aku berkata, ‘Wahai Rasulallah! Aku melihat puasa engkau pada
bulan itu lebih banyak dari bulan-bulan yang lain, kecuali Ramadhan.’ Beliau
bertanya, ‘Bulan yang mana?’ Aku menjawab, ‘Bulan Sya’ban.’ Beliau bersabda,
‘Bulan Sya’ban merupakan bulan diangkatnya amal kepada Rabb Semesta Alam. Dan
aku senang ketika amalku diangkat aku sedang berpuasa”.
3.
Perbanyak shalawat kepada Nabi
Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki menjelaskan di dalam kitabnya Itmi’nanul
Qulub fi Dzikri al- Guyub hal 17
ومن مزايا شـهر شعبان أنه الشهر الذي نزلت
فيه آية الصلاة والسلام على رسول الله صلّىالله عليه وسلّم وهي قوله تعالى : ﴿ إن
الله وملائكته يصلّون على النبى يا أيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما ﴾
(1) . ( 1 ) الأحزاب : 56
.
Artinya: “Di antara keistimewaan bulan Sya’ban ialah bulan di mana di
turunkanya ayat yang memerintahkan membaca Shalawat kepada Rasulullah Saw,
yaitu ayat “innallaha wa malaikatahu....” (al-Ahzab : 56)
وقد ذكر ابن الصيف اليمني أنه قيل : إن شهر
شعبان شهر الصلاة على النبي صلّىالله عليه وسلّم لأن الآية ﴿ إن الله وملائكته
يصلّون على النبى يا أيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما ﴾ نزلت فيه( 2 )
( 2 ) تحفة الإخوان للإمام أحمد بن حجازي الفشني ص 74 ..
Artinya: “Ibnu Shayif al-Yamani
menceritakan bahwasanya dikatakan sesungguhnya bulan Sya’ban adalah Bulannya
bershalawat kepada Nabi Saw, karena pada bulan tersebut turun ayat “innallaha
wa malaikatahu.....”( Tuhfatul Ikhwan fi Qira’atil mi’adi fi Rajaba wa Sya’bana wa Ramadhana,
hal 74)
و قال الإمام شهاب الدين القسطلانى قولاً عن
بعض العلماء بأن شهر شعبان شهر الصلاة عليه صلّىالله عليه وسلّم لأن آية الصلاة –
يعني }إن الله وملائكته يصلّون على النبى يا أيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا
تسليما { - نزلت فيه( 3) ( 3 ) شرح الزرقانى على المواهب ج 6 ص 328 وقد ذكر الحافظ
ابن حجر رحمه الله عن أبي ذر الهروي أن الأمر بالصلاة على النبي صلّىالله عليه
وسلّم يعني بقوله تعـالى: ﴿ يا أيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما ﴾ كان
في السنة الثانية من الهجرة،وقيل في ليلة الإسراء .
Artinya:
“Imam Syihabuddin al-Asqalani mengutip perkataan sebagian ulama bahwa Bulan
Sya’ban adalah bulannya bershalawat kepada Nabi Saw, karena ayat tentang
Shalawat turun pada bulan Sya’ban. Imam az-Zarqani mensyarahi dalam kitabnya
al- Mawahib juz 6 halaman 328 bahwasanya Imam al-Hafidz Ibnu Hajar meriwayatkan
dari Abi Dzar al-Harawi bahwasanya perintah bershalawat yaitu ayat “Ya ayuhal ladzina amanu.....” terjadi pada tahun kedua setelah Hijrah dan ada yang
mengatakan pada malam Isra’."
Begitu banyak keistimewan di bulan Sya'ban, hal utama yang harus kita
pahami bahwasanya yang kita muliakan bukan bulannya akan tetapi
kedudukan, peristiwa yang terjadi di dalamnya sehingga kita senantiasa
memperbaiki diri dan meningkatkan amal ibadah kita pada bulan tersebut.
Sebagaimana pernyataan Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki di dalam kitabnya Itmi’nanul
Qulub fi Dzikri al- Guyub hal 4-5:
اننا لا نعظم الزمان لأنه زمان ولا المكان لأنه مكان لأن
هذا عندنا من الشرك. ولكن ننطر لما هو أعلى من ذلك وأعظم……..وانما ننظر اليها من
حيث مقامها ووجاهتها وجاهها ورتبتها وشرفها…
Artinya; “kami tidak mengagungkan zaman (bulan) karena semata zaman
tersebut, dan tidak pula mengagungkan tempat karena hanya semata tempat itu.
Bagi kami hal itu bagian dari perbuatan syirik. Tetapi kami melihat yang lebih
besar dan agung dari itu semua…. kami melihat (mengagungkan) dari sisi
kedudukan, dan kemulian zaman (bulan) dan tempat tersebut”.
Referensi:
- Syekh Syihabudin Ahmad al-Hijazi
al-Fasyani, Tuhfatul Ikhwan fi Qira’atil mi’adi fi Rajaba wa Sya’bana wa Ramadhana, hal 66
-
Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, Itmi’nanul
Qulub fi Dzikri al- Guyub, hal 7
-
Imam al-Qurtubi, al-jami al-Ahkam
al-Quran, jilid 2 hal 150
-
Imam Syafi’i, Al Umm, juz 1 hal
231
-
Syekh Abdul Qadir Al Jilani, Al
Ghun_yah, juz 1 hal 250:
-
Imam Suyuti, Tafsir Addurrul Mantsur, juz 7 hal
402
-
(H.R. al-Bukhari no. 1970, Muslim no.
1156, Ahmad no. 24967, 25101).”
-
Sunan Tirmidzi juz 2 halaman 121-122,
hadits nomor 736
-
Syekh Sholeh Darat Semarang, Latha`ifut
Thaharah wa Asrari as-Shalat hal 88,
- Syekh
Abdurrahman Ashshofuri, Nuzhatul Majalis wa Muntakhabu an-Nafa`is, hal 182.
(Oleh: Mohamad Anwar/Editor: Lail)
(Oleh: Mohamad Anwar/Editor: Lail)
0 komentar :
Posting Komentar