AMC - Semarak Harlah Asshiddiqiyah ke 34 memasuki puncak acara
ditandai dengan diadakannya Karnaval Budaya Demokrasi, Sabtu pagi (13/04).
Bertajuk "Rakyat Damai Berpesta Demokrasi", acara yang dipandu oleh
Kang Ucok dan Purotul Fuadah berlangsung meriah penuh antusiasme masyarakat.
Gus Mahrus Iskandar dalam kalimat tarhib-nya
menyampaikan bahwa kegiatan ini sebagai pionir dan gebrakan baru bahwa keluarga
besar santri Asshiddiqiyah akan menampilkan karnaval yang terbaik dan berbeda
dari yang lain. Setelah turut memeriahkan Asian Games 2019 dalam karnavalnya di
Harlah Asshiddiqiyah tahun lalu yang sukses tanpa bantuan APBN, kini karnaval
budaya kembali digelar secara mandiri. Barisan karnaval budaya terdiri dari
partai politik peserta pemilu 2019, DPR & DPRD, juga pemeragaan paslon
presiden dan wakil presiden Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi yang begitu menarik
perhatian masyarakat.
Karnaval budaya ini semata bentuk penghormatan santri terhadap
bangsa Indonesia, dalam barisan karnaval tersebut diisi pemeragaan tokoh
nasional seperti Ir. Soekarno, Soeharto, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono,
B.J Habibi dan sederetan tokoh nasional lainnya yang merupakan tokoh kebanggaan
bangsa ini.
Indonesia ada karena kebhinekaan-nya, dengan perbedaan suku,
bahasa dan budayanya tetap bersatu dan menjaga perbedaan tersebut sebagai
kekayaan tersendiri bagi Indonesia. Beliau mengajak para santri untuk cinta dan
bangga akan bangsa Indonesia, sebagaimana Rasulullah saw mencintai Mekkah
Madinah sebagai bangsanya.
"Santri adalah rakyat. Santri adalah salah satu benteng
Republik Indonesia. Santri untuk Indonesia. Inilah keragaman Indonesia. Inilah
kesatuan Indonesia. Indonesia ada karena Bhineka Tunggal Ika," ucap Gus
Mahrus mengakhiri kalimat tarhib-nya.
Karnaval ini murni dari santri berpartisipasi mengkampanyekan
pemilu damai tanpa berafiliasi atau bantuan dari partai politik manapun. Santri
turut berpartisipasi mengawal negeri dan damai dalam berdemokrasi, sehingga
sesuai dengan tema Harlah ke 34 ini "Dari Asshiddiqiyah untuk Indonesia
Tayibah". (Lyda/L)
0 komentar :
Posting Komentar