AMC - Asshiddiqiyah kedatangan tamu khusus yaitu pengurus jajaran IPNU pusat
(Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) dalam acara bertajuk resepsi harlah IPNU
ke-65, Sabtu malam (24/02). Bertempat di Ponpes Asshiddiqiyah pusat, acara
bertemakan "Pelajar Mandiri, Membangun Negeri" berlangsung sukses
lancar dihadiri Katib Syuriah PBNU KH. Asrorun Ni'am Shaleh, jajaran rais PBNU
A'izzuddin Abdurrahman Ishaq, KH. Noer Muhammad Iskandar SQ, KH. Ahmad Mahrus
Iskandar, ketua umum IPNU Aswandi dan sekretaris umum IPNU
Mufarrihul Hazin serta jajaran pengurus IPNU pusat.
KH. Asrorun Niam Shaleh |
Dalam rangkaian harlah IPNU yang ke-65 ini diisi dengan gerakan 65 juta
shalawat Asyghil yang dibaca
serentak mulai tingkat pusat hingga tingkat ranting. Hal ini diutarakan oleh
Aswandi, ketua umum IPNU Pusat. Gerakan 65 juta shalawat asyghil ini bukan
tanpa alasan, ia berharap NU atau IPNU khususnya terhindar dari bahaya fitnah
yang merajalela, juga dengan shalawat ini orang dzalim semakin disibukkan
dengan kedzalimannya dan kita terhindar dari kedzaliman mereka. Selaras dengan
tema pelajar mandiri membangun negeri, maka generasi pelajar IPNU harus mampu
mandiri secara organisasi maupun personal, serta mampu berinovasi hingga
membangun negeri. Setelah dibuka malam ini, akan dilaksanakan napak tilas ke
Yogyakarta berupa kunjungan dan ziarah ke makam pendiri IPNU, Kyai Thalhah
Mansur, juga diadakan perlombaan penulisan essay, lomba video film pendek
sebagai rangkaian harlah IPNU yang ke-65.
Lahirnya NU pada 24 Februari 1954 bukanlah murni dari rahim NU, ia lahir
dari LP Ma'arif sebagai organ taktis badan otonom khusus urusan kepelajaran,
ungkap KH. Asror Ni'am Sholeh, Katib Syuriah PBNU sekaligus pembina IPNU.
Dengan adanya resepsi harlah ini sebagai momentum bermuhasabah bagi IPNU untuk
semakin meneguhkan NU, sejauh mana kiprah dan khidmah mereka dalam NU.
IPNU berasal dari berbagai jenis organisasi daerah berbasis kesantrian dan
kepelajaran sehingga ia lahir sebagai integrator serta berkomitmen mengawal
Islam manhaj aswaja. Dunia baca tulis paling akrab dengan kepelajaran, namun
faktanya bahwa literasi di kalangan pemuda NU masih rendah. Karenanya perlu
adanya kontribusi dalam rangka meningkatkan budaya baca tulis, menjadikannya
selektif, produktif dan bermanfaat. "Sepertinya literasi baca tulis
diiringi keseimbangan dengan literasi media sosial akan lebih baik",
tutupnya. (Lyda)
____________________
Info Pendaftaran santri baru :
Ustdzh. Faizatul Islamiyah : 085781237226
Ustdzh Robithoh : 081310855949
Ustdzh. Faizatul Islamiyah : 085781237226
Ustdzh Robithoh : 081310855949
Follow Us :
Instagram : Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta
Twitter :@asshiddiqiyah01
Fanspage : Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta
You Tube : Asshiddiqiyah Official
Instagram : Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta
Twitter :@asshiddiqiyah01
Fanspage : Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta
You Tube : Asshiddiqiyah Official
0 komentar :
Posting Komentar