AMC
(JKT) – Selesai sudah masa pembelajaran intensif bagi santri baru
Asshiddiqiyah. Selama sebulan, para santri baru diajari bacaan-bacan shalat dan
wirid setelah shalat, praktek wudhu dan shalat yang benar, serta pendalaman
bahasa asing, yakni bahasa Arab dan Inggris. Para santri baru juga diajari
bagaimana menulis Arab Pegon. Dengan adanya pembelajaran intensif ini,
diharapkan para santri baru dapat melakukan wudhu dan shalat dengan baik, serta
mengenal pelajaran-pelajaran dasar pesantren.
Keseharian
mereka dimulai dengan tahajud dan istightsah, kemudian dilanjutkan dengan
shalat shubuh berjamaah sebagaimana santri lama. Namun, santri baru ditempatkan
khusus sebagai bentuk pembelajaran langsung dan proses evaluasi praktek ibadah
mereka menjadi lebih mudah.
Setelah
shubuh, mereka berlatih percakapan bahasa Inggris (conversation) dan bahasa
Arab (muhadatsah). Setelah shalat zhuhur berjamaah, santri baru menghafal
bacaan shalat, wirid dan doa keseharian. Setelah shalat maghrib, mereka belajar
membaca al-Qur’an yang difokuskan pada makhraj yang benar dan dasar-dasar ilmu
tajwid. Setelah shalat isya berjamaah, mereka berlatih menulis Arab Pegon.
Sebagian santri merasa kesulitan karena belum terbiasa, bahkan belum bisa
menulis dengan huruf Hijaiyah. Namun, mereka bersemangat untuk dapat menguasai
ilmu yang baru mereka kenal ini.
Seorang
santri kelas VII, Renata Adilla bahkan meminta kepada pengajarnya untuk melatih
ia sendiri setelah jam belajar agar lebih lancar lagi dalam menulis Arab Pegon.
“Umi,
saya belajar Pegonnya khusus aja. Saya belajar lagi ya Umi abis ini,” pintanya
pada pengajar di sela-sela latihan menulis Pegon bersama teman-temannya yang
lain.
Masa
intensif ditutup dengan ujian terakhir bersama wali santri baru pada hari
Sabtu, 18 Agustus 2018. Para wali santri diperlihatkan dokumentasi kegiatan
para santri selama masa intensif melalui video dan foto. Para wali santri juga
menguji kembali anak-anaknya dengan pelajaran-pelajaran selama masa intensif.
Hal ini dilakukan agar para wali santri dapat mengetahui dengan pasti kemampuan
anak sebelum dan sesudah sebulan tinggal di pesantren. Para santri yang masih
lemah dalam hal membaca al-Qur’an, shalat, menulis dan membaca bahasa Arab,
Inggris serta Pegon akan diperbaiki lagi setelah masa intensif.
Berikut
adalah testimoni dari adik-adik santri ini setelah menjalani masa intensif.
“Enaknya
di pondok itu bisa makan bareng temen, tidur bareng, belajar bareng. Nggak
enaknya di pondok jauh dari orang tua, jadi saya menghilangkan kesedihan itu
dengan menelepon orang tua, bagaimana kabarnya di rumah dan bagaimana
kesehatannya,” tutur Rijal, santri asal Lampung.
“Nggak
enaknya di pondok itu, jauh dari orang tua, jadi suka kangen. Terus bangunnya
pagi, jadi kalau istighatsah itu masih ngantuk,” ujar Sulis, Laurica dan
Nafisa, santri kelas VII asal Jakarta, Tangerang dan Jambi. Lanjut mereka,
“Enaknya di pondok itu, belajar bareng temen-temen, ngaji bareng, sekolah
bareng. Pokoknya seru, deh. Jadi temen-temen yang belum mondok, ayo mondok di
pesantren Asshiddiqiyah.” (Lail/H5)
Tonton Videonya di sini
Tonton Videonya di sini
0 komentar :
Posting Komentar