Memasuki
akhir semester pembelajaran, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta
gelar Haflatul Ihtitam
sebagai acara rutin tahunan. Ahad (22/04).
Acara ini
dihadiri oleh Direktur PD pontren Kemenag RI, Dr. H. Ahmad Zayadi, M. Pd dan
penceramah Habib Jindan bin Novel.
Dalam
tausiyahnya, Habib Jindan bin Novel menerangkan bahwa Allah swt mengutus Nabi
Muhammad saw sebagai mu'allim (pengajar), dalam artian beliau Nabi diutus untuk
menyempurnakan akhlak budi pekerti yang baik.
Hakikat Ilmu ada pada pengamalan, berakhlak, dan tingginya sifat
khasyah (takut kepada Allah swt), bukan dengan ucapan atau teori bahkan
perdebatan. Sebagaimana dijelaskan olehnya bahwa Nabi saw ialah orang yang
paling berilmu sekaligus orang yang paling takut kepada Allah swt.
Jika Allah menghendaki
kebaikan kepada seorang hamba maka terbukalah segala pintu amal dan tertutuplah
pintu untuk berdebat ( mujadalah ). Dan barangsiapa yang tidak dikehendaki
kebaikan padanya, maka terbukalah pintu perdebatan, sehingga ia disibukkan
dengan berdebat dengan orang lain tanpa memikirkan bagaimana seharusnya ia
beramal.
Santri sangatlah
erat kaitannya dengan ilmu, semakin berilmu semakin ia terbina emosinya dengan
adanya berbagai macam pembelajaran yang ia dapat di pesantren, sikap intropeksi
dirinya semakin tinggi. Dengan peringatan haflatul ihtitam ini, terbukalah
medan beramal bagi para santri untuk menambah keluasan ilmunya.
Habib Jindan
menasehati para santri agar mengamalkan apa yang dipelajari. "Jangan
cuma sekedar paham teori keilmuan, tapi praktekkan!. Semoga Allah swt
menjadikan kita sebagai orang yang lulus, lulus berilmu dan beramal, dan semoga
Asshiddiqiyah menjadi tempat lahirnya ulama yang ikhlas menjadi pejuang agama
Allah swt", tegasnya akhiri tausiyah. (Lyda)
0 komentar :
Posting Komentar