Majelis Dzikir Bulanan, Asshiddiqiyah Hadirkan Ulama Asal Kairo


AMC.-Majelis dzikir bulanan kembali digelar di lapangan ponpes Asshiddiqiyah, Sabtu malam (07/10). Majelis dzikir kali ini dihadiri tamu agung dari Mesir yaitu Imam Universitas al-Azhar, Syaikh Zakaria Muhammad Marzuq al-Husaini.
Beliau memberikan ijazah sanad qasidah Burdah Ibnu Sirin -atau Kitab Kawakib ad Durriyah- dan hadits musalsal Yaum 'Asyura yang mana sanadnya bersambung hingga pengarang kitab dan Rasulullah saw.

Beliau mengawali muhadhoroh singkat itu dengan menyinggung makna nama Asshiddiqiyah. Shiddiq yang berarti jujur, ialah sifat yang sangat dibutuhkan pada zaman sekarang ini. Kejujuran tersebut memiliki tiga cabang, meliputi jujur kepada Allah swt, jujur kepada manusia yang lain serta jujur pada diri sendiri.

Syekh Zakaria begitu mengapresiasi pada majelis dzikir Asshiddiqiyah ini. Dimana pada pembukaannya diserukan dzikir kepada Allah swt berlanjut pembacaan shalawat Nabi saw. Hal ini mengaplikasikan cinta pada Allah swt, cinta rasul dan ahli baitnya, serta berkumpul memuji nama Allah swt dan bershalawat bersama -sebagai bentuk rasa syukur pada Allah swt-. Sungguh, Allah swt mencintai hamba-Nya yang banyak berdzikir dan bersyukur, selaras banyaknya kata dzikir dan syukur disebutkan dalam al-Qur'an yang mulia. Banyak awal surah di dalamnya yang diawali dengan alhamdu.

Bagaimana hakikat syukur itu ? Syukur sesungguhnya ialah dalam keadaan apapun ia tetap bersyukur. Ketika ia diuji dengan seberat apapun ujian dari Allah swt untuknya, ia bersabar seraya tetap bersyukur -yakin akan ada hikmah dibalik itu semua juga yakin bahwa Allah swt tidak akan membebani melebihi dari kemampuannya-. Pun sebaliknya, bila ia mendapat berbagai kenikmatan dari Allah swt ia bersyukur -seringannya dengan melafalkan alhamdulillah, serta perbuatannya pun mencerminkan rasa syukurnya.

Kalimat pujian -berupa alhamdu- dalam surat al Fatihah cukup menjelaskan kepada kita bahwa betapa layaknya Allah swt dijadikan sesembahan, tempat meminta pertolongan serta hidayah. Diawali dengan kalimat "Segala puji bagi Allah swt", berikut sifat keagungan-Nya di ayat seterusnya; Tuhan semesta alam, Dia maha Memiliki serta memerintah seru sekalian alam, Sang Maha Pengasih dan Penyayang, Yang Menguasai Hari Pembalasan, hanya kepada-Nya kita menyembah dan meminta pertolongan, Dia yang menunjukkan jalan yang lurus, yaitu jalan yang Dia beri kenikmatan bukan mereka yang dimurkai maupun mereka yang sesat.


Perbanyaklah syukur, dalam tiap kondisi. Perbanyaklah lantunan do'a "Wahai Allah, berikanlah kami rizki berupa cintaMu, cinta mereka yang mencintaiMu, cinta pada perbuatan yang bisa mendekatkan padaMu". Semoga dengan ijazah sanad qasidah Burdah dan Hadits Musalsal tersebut dapat mendatangkan pahala sebagaimana pahala belajar langsung kepada pengarang kitabnya dan belajar kepada Rasulullah saw. (MH)

Video bisa dilihat di chanel You Tube Kami Di Sini


Share on Google Plus

About Rumadie El-Borneo

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :