Menurut
Wikipedia, Santri adalah
sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan
Ilmu Agama Islam di suatu
tempat yang dinamakan Pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga
pendidikannya selesai.
Menurut bahasa, istilah santri berasal dari
bahasa Sanskerta,
shastri yang memiliki akar
kata yang sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci,
agama
dan pengetahuan.
Ada pula yang mengatakan berasal dari
kata cantrik yang berarti para
pembantu begawan atau resi, seorang cantrik
diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut.
Tahun ini (2017),
Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Pusat menerima lebih dari 250 santri baru, jumlah
tersebut termasuk santri lulusan SMP yang melanjutkan ke jenjang Madrasah
Aliyah.
Mereka datang
dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa, Sumatra, Sulawesi, Maluku, Papua
dan sebagainya.
Maka tidaklah berlebihan jika pesantren disebut sebagai minatur republik Indonesia. karena dalam satu pesantren terdapat berbagai macam suku dan bahasa. mereka hidup rukun dalam satu atap yaitu atap Asshiddiqiyah.
Bahkan seorang
santri yang sudah positif akan berangkat ke salah satu pesantren di daerah Bogor,
namun ia mengantarkan saudaranya terlebih dahulu ke ponpes Asshiddiqiyah. Setelah
melihat suasana dan keadaan ponpes tersebut, ia membatalkan niatnya pergi ke
bogor dan memilih menjadi bagian dari keluarga besar pondok pesantren
Asshiddiqiyah.
Berbagai alasan
diungkapkan oleh para wali santri yang menitipkan putra putrinya dipesantren. Ibu
Fatimah misalnya, ia menginginkan anaknya memiliki bekal ilmu agama agar jalan
hidupnya sesuai dengan tuntunan syariát.
Adapula yang
ingin anaknya terjaga dari pengaruh dunia luar atau pun ingin anaknya sekedar bisa
melaksanakan shalat 5 waktu.
Alasan-alasan
tersebut cukup masuk akal, terlebih saat ini generasi muda banyak yang lepas
kendali, ada seorang anak memenjarakan ibunya, bapak menghamili anaknya,
tawuran menjadi makanan sehari-hari.
Semoga
dengan adanya pondok pesantren, hal-hal semacam itu bisa diminimalisir dan
lebih konsentrasi kepada kemajuan bangsa dan agama.
Sebelum
menjalani rutinitas sebagai santri, mereka diwajibkan mengikuti kemgiatan
MASTASA (Masa Taáruf Santri) yang dilaksanakan selama 3 hari (Kamis-Sabtu, 15 Juli)
Dalam mastasa
tersebut, mereka dikenalkan dengan kehidupan pesantren seperti adab terhadab
ustadz, adab ketika di masjid, adab kepada orang tua dan sebagainya.
Selain itu, para
santri baru juga diajarkan bagaimana menggali minat dan bakat melalui kegiatan
ektrakurikuler seperti pramuka, hadroh, pencak silat, marawis, tari, paskibra
dan lain sebagainya. Setiap santri wajib memilih salah satu kegiatan ektra
untuk ditekuni. (Rumadi)
1 komentar :
Hmm.. miniatur Indonesia emang pesantren banget.
Makasih infonya
Posting Komentar