Pondok
Pesantren Asshiddiqiyah bekerjasama dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Provinsi DKI Jakarta Melaksanakan Seminar Bela Negara dengan tema "Peningkatan
Pemahaman Ideologi Bangsa". Kamis (20/04).
Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka
memperkokoh idiologi kebangsaan dikalangan santri.
Ust.
Husni Mubarok, Lc, yang lebih akrab
disebut Lurah Pondok, dalam sambutannya memaparkan bahwa satri Asshiddiqiyah
termasuk santri yang memiliki rasa cinta yang tinggi terhadap negrinya. “pesantren
kami bukanlah pesantren yang anti pancasila” tegasnya.
Hal itu
dibuktikan dengan kegiatan-kegiatan santri yang bersifat ke-Indonesiaan,
seperti upacara hari-hari besar. Gaya busana yang khas ketimuran serta
penerapan ideology kebangsaan dalam keseharian.
Hal
senada juga diuataran oleh oleh pengasuh Ponpes Asshiddiqiyah Pusat, KH. Ahmad
Mahrus Iskandar, B.Sc bahwa inti bernegara ada untuk mencari rasa aman.
Selain itu, Ir. Agus Khaerudin menjelaskan bahwa para Founding Father Negara Indonesia
yang sebagian besarnya adalah para ulama telah merancang pedoman sebagai ideologi
bangsa berupa pancasila.
Pancasila terdiri dari lima sila dan
dijabarkan dalam 36 butir pancasila kemudian
diperluas lagi menjadi 45 butir.
Pasca perkembangan reformasi, orang-orang
yang peduli terhadap kedaulatan bangsa semakin menipis sebab hilangnya
pendidikan moral.
Dari kenyataan ini, pentingnya pemahaman
ideologi kebangsaan harus semakin ditingkatkan, karena adanya kepentingan yang secara bertahap banyak merugikan kader
bangsa Indonesia sendiri.
Menurut Karl Marx, jika
ingin menghancurkan suatu negara, maka hancurkanlah moral generasi mudanya.
Kehancuran
generasi tersebut sudah mulai terasa bagi Indonesia. Maraknya seks bebas, LGBT,
perilaku konsumtif
dan
kebarat-baratan merupakan bagian dari penghancuran moral anak bangsa.
Pemahaman penting mengenai ideologi bangsa
yang harus ditingkatkan meliputi 5 kiat, diantaranya:
1.
Cinta terhadap tanah air.
2.
Rasa menyadari berbangsa dan bernegara
3.
Menerima pancasila sebagai
ideologi bangsa Indonesia.
4.
Rela berkorban untuk negaranya.
5.
Sehat jasmani dan rohani
Kata bela negara tidak selalu berkonotasi
pada konfrontasi perang dan identik dengan kekerasan. Hanya dengan
mewujudkan kelima kiat di atas, kita bisa berkiprah membela Negara Indonesia
tercinta dan berperan aktif turut serta menjaga perdamaian dunia tanpa adanya
kekerasan dan peperangan. (R/MH)
0 komentar :
Posting Komentar