AMC- Seseorang
tidak begitu saja menjadi seorang alim tanpa memalui proses dan usaha. Maka
seorang penuntut ilmu, jika ingin menjadi orang alim, hendaknya dia belajar dan
terus belajar sehingga cita-citanya tercapai. Dan jangan pernah merasa sudah
alim.
قال الإمام ابن المبارك رحمه الله:
"لاَ يَزَالُ الْمَرْءُ عَالِماً مَا طَلَبَ
الْعِلْمَ، فَإِذَا ظَنَّ أَنَّهُ قَد عَلِمَ فَقَدْ جَهِلَ" انتهى.
Al-imam Ibnu al-Mubarak rahimahullah telah
berkata: "Senantiasa seseorang akan menjadi orang alim, selama ia masih
mau belajar ilmu, namun jika ia merasa dirinya telah alim sesungguhnya ia
adalah orang bodoh".
Referensi:
- 'Uyun Al-akhbar, jilid: II/ hal: 134, karya
Abu Muhammad Ibnu Qutaibah Ad-dinawari (w: 276 H), cet: Dar Al-kutub
Al-ilmiyah, Beirut 1418 H.
Penjelasan:
Menurut kaum sufi manusia terbagi menjadi
empat jenis:
Pertama: Orang yang tidak tahu, dan tahu
bahwa ia tidak tahu. Inilah orang "bodoh sederhana" (jahil basith)
yang mudah diobati, yaitu dengan pengajaran dan pendidikan.
Kedua: Orang yang tahu, namun dia tidak tahu
bahwa dia tahu. Kaum sufi mengibaratkan orang semacam ini adalah orang yang
tertidur. Maka ia harus dibangunkan dan disadarkan akan kelebihannya yang bisa
bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Ketiga: Orang yang tahu dan dia tahu bahwa
dia tahu. Orang ini tergolong kaum bijaksana (al-Hukama’), yang harus diikuti
dan dimintai pendapat dan wawasannya.
Keempat: Orang yang tidak tahu, dan tidak
tahu bahwa dia tidak tahu. Orang macam inilah yang disebut "bodoh
kuadrat", karena selain bodoh juga tidak tahu akan kebodohannya sendiri.
Kita bisa bayangkan betapa sulitnya mengobati kebodohan orang seperti itu. Pangkal
penyakitnya ialah tidak tahu diri.
Oleh : Ust Hasan Basri Hayyi
0 komentar :
Posting Komentar