AMC YOGYAKARTA-Perkembangan teknologi digital
dan media sosial menjadi tantangan bagi komunitas pesantren. Selama ini,
komunitas pesantren tertinggal dalam bidah dakwah di media sosial. Untuk itu,
meski terlambat, santri harus bekerja keras untuk mengejarnya.
Hal inilah yang menjadi perbincangan dalam
workshop Videotren, pada rangkaian Hari Santri Rabithah Ma'ahid Islamiyyah
(RMI) Nahdlatul Ulama, Sabtu (29/10/2016). Agenda ini, diselenggarakan di Hall
Hari Santri Nasional, di Stadion Maguwoharjo, Yogyakarta. Agenda ini, dihadiri
oleh KH. Abdul Ghaffar Rozien, M.Ed (Ketua PP RMI-NU), Hakim Jaily (Direktur
TV9), Hasan Chabibie (Pustekkom Kemdikbud) dan moderator gus mahrus iskandar
(pesantren asshiddiqiyah).
Gus Rozien, Ketua PP RMI NU, menyampaikan,
santri harus mengejar ketertinggalan dalam dakwah media sosial. "Meski
terlambat, kita harus bekerja keras dan cepat mengejarnya. Untuk itu, mari kita
banjiri konten-konten positif dan inspiratif, dari dunia pesantren, di media
sosial," ungkap Gus Rozin.
Ketua PP RMI dan pengasuh Pesantren Maslakul
Huda Pati Jawa Tengah ini, mengungkap bahwa media sosial menjadi media
strategis untuk pengembangan dakwah. Dalam hal ini, santri-santri harus kreatif
memproduksi konten. "RMI siap mendukung program kreatif ini," terangnya.
Media sosial juga menjadi platform strategis.
"Kelebihan media digital sekarang adalah konvergensi, keterkaitan antar
platform media sosial. Jadi, para santri bisa memproduksi konten pada multi
media sosial," ungkap Hasan Chabibie, dari Pustekkom Kementrian Pendidikan
Kebudayaan (Kemdikbud).
Hasan juga menyampaikan tentang wajah agama
di media sosial. "Pesantren sudah saatnya menjadi solusi atas krisis
radikalisme agama," jelas Hasan.
Direktur TV9, Hakim Jaily menyampaikan
konfigurasi media mainstream dan media sosial. "Pesantren pada posisi
mana? Kita perlu memilih dalam bermedia, sebagai produsen atau konsumen?,"
jelas Hakim. Ia menyampaikan, betapa komunitas santri yang jumlahnya besar,
dapat berperan memproduksi konten-konten dakwah yang kreatif dan inspiratif.
Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta
merupakan salah satu dari 121 peserta videotren yang lolos seleksi. Dengan mengangkat
tema “Cerita Unik di Pesantren” para santri asshiddiqiyah menyajikan video
berdurasi 7 menit yang sangat menyentuh. Asshiddiqiyah menjadi satu-satunya
peserta videotren yang berasal dari ibu kota.
Selain itu, 4 santri yang hoby di bidang
sepak bola juga mewakili DKI Jakarta dalam Liga Santri Nusantara di Jogja. Mereka
adalah Alwi Muhammad Bakri, Apriansyah, Muhammad
Al fadhil Al Mubarok dan Santri asal Thailand kossan yarrem.
Pada worskhop Videotren kali ini, juga
diumumkan pemenang lomba Videotren. Juara I, pesantren Al-Munawwir Krapyak,
dengan video "Santri Ndalem". Lalu, Juara II Pesantren Tebu Ireng,
dan Juara III Sunan Drajat Lamongan, serta Ma'had Ali UIN Malang sebagai Juara
Favorit (*).
0 komentar :
Posting Komentar